Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Mindfulness: Melihat Diri Sejati Anda

Diperbarui: 15 September 2021   11:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Diadaptasi dari: Practical Mindfulness Book, hlm. 52.

Banyak orang yang melatih mindfulness sering mengatakan bahwa mereka merasa lebih menjadi diri sejati mereka sendiri selama meditasi ketimbang waktu lainnya. Pengalaman hanya "menjadi" terasa autentik, jelas dan tenang, dan memungkinkan label-label yang membentuk ikatan diri disingkirkan.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 52.

Melatih mindfulness tidak hanya memberi Anda wawasan yang lebih jelas tentang siapa Anda: lebih dari itu Anda tidak lagi menganggap identitas sebagai hal yang relevan. Ini menghilangkan sebagian besar kebingungan yang bisa disebabkan oleh masalah diri sendiri.

Ketika Anda melangkah memasuki momen saat ini dengan mindful, Anda tidak memutuskan komitmen Anda terhadap apa yang paling Anda hargai, misalnya hubungan cinta Anda dengan pasangan.

Hanya saja Anda tidak mengidentifikasi diri Anda dengan seperangkat nilai tertentu, karena selama Anda mindful, Anda hanyalah orang yang hidup dan terjaga pada momen itu, dan memperhatikan pengalaman masa sekarang.

Semua tekanan yang berdampak pada perasaan Anda tentang kehidupan yang Anda jalani tidak lagi mengerahkan kekuatannya yang memaksa pada citra diri Anda: tekanan-tekanan  itu menjadi seperti awan-awan tipis, yang bisa Anda lihat, tetapi tidak membatasi kemajuan Anda.

Kebebasan dan Identitas
Ketika kita menjalani hidup dengan mindful, kekhawatiran masa lalu, masa depan, dan masa sekrang kita terlihat tapi tidak berbahaya, seperti awan-awan di sekeliling sebuah.  Saat kita melakukan perjalanan sepanjang hidup, nilai-nilai dan komitmen-komitmen kita tetap bersama kita secara konsisten tetapi tidak mendefinisikan kita.

Pengkritik dan Pengamat
Bagi kebanyakan orang, berpikir adalah sebuah monolog batin. Ada seorang pembicara di dalam pikiran yang sepanjang hari menyuguhi kita dengan komentar terus menerus tentang apa yang kita lakukan. Orang ini adalah si pengkritik, yang terus-menerus gelisah dan tidak puas: jika kita mendengarkan dia, kita lupa bagaimana merasa puas dengan cara hidup ini.

Lebih baik, tetapi seringkali lebih sulit, untuk mendengarkan rekan si pengkritik dalam pikiran, yaitu si pengamat, yang hidup pada momen ini dan memberitahu kita sesuatu seperti apa adanya.

Jon Kabat-Zinn telah membicarakan tentang pusaran pemikiran dan perasaan kita yang tak ada habisnya sebagai sebuah aliran sungai bergejolak yang membuat kita terjebak. Untuk memperluas metaforanya, si pengkritik berteriak di atas arus deras untuk membuat dirinya didengar, sedangkan si pengamat duduk dengan tenang di tepi sungai, mempelajari aliran pikiran mengenai pengalaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline