Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Mindfulness: Cara Berkonsentrasi dengan Lebih Baik

Diperbarui: 14 September 2021   06:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 45.

Dalam menyelesaikan tugas, kita tidak mungkin menemukan bahwa kita bisa memberikan 100 persen perhatian kita, kebanyakan dari kita akan puas dengan 70 persen. Satu hal yang jelas: hidup kita bisa menjadi jauh lebih produktif dan memuaskan hanya jika kita bisa menguasai seni berkonsentrasi.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 44.

Bayangkan diri Anda sedang menulis email untuk seorang teman atau mengikuti resep baru dari sebuah buku di dapur. Apakah Anda memberikan perhatian sepenuh hati pada urusan tersebut, atau apakah pikiran Anda mengembara dari waktu ke waktu*? Kemungkinan besar, Anda akan mengaku pikiran Anda berkeliaran.

Anda mungkin menemukan diri Anda tersesat di sepanjang sebuah jalan, sebuah cabang pemikiran yang dimulai dengan masalah di tangan tapi segera lenyap pada sebuah garis singgung. Atau, pemikiran yang mungkin muncul sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang sedang Anda lakukan, mungkin mengulangi sesuatu yang Anda pikirkan sebelumnya.

Kekhawatiran, khususnya, sering muncul kembali seperti itu. Sebelum memulai tugas baru, kita biasanya mendorong beban pemikiran apa pun ke belakang pikiran kita. Tetapi beban itu memiliki kebiasaan buruk untuk kembali dan berteriak-teriak minta diperhatikan. Apakah kita memberi perhatian tergantung pada seberapa mindful kita.

Ilustrasi. Sumber: Practical Mindfulness Book, hlm. 44.

Keluar dari Jalur
Kita menghabiskan sebagian penting dari hidup kita terlibat dalam "pikiran yang mengembara," melamun, atau menyimpang dari momen sekarang ini. Ini bisa menjadi bagian dari proses yang bermanfaat dalam merefleksikan masalah, ambil jeda dan kemudian kembali lagi nanti.

Penting untuk dipahami bahwa sifat alami dari pikiran adalah mengembara, dan ini bisa memfasilitasi pembelajaran.
Namun, pengembaraan pikiran bisa mengganggu sekaligus bermanfaat. Jika pikiran yang tidak diminta mengalihkan perhatian kita dari membaca, misalnya, kita tidak hanya harus menghabiskan waktu lebih lama untuk tugas itu, kita mungkin juga menemukan bahwa kita belum banyak mengabsorpsi.

Di tempat kerja atau di lingkungan sosial, pengembaraan pikiran bisa mempengaruhi pemahaman kita dalam rapat, membuat kita kurang efektif. Itu juga terbukti membuat memori kerja kita kurang efisien.

Tapi ke mana pikiran kita pergi dalam perjalanannya? Hal itu sangat sering menjadi latar belakang ansietas kita yang paling banyak memberikan tekanan. Adalah mitos untuk membayangkan bahwa pikiran yang mengembara benar-benar acak, karena sebenarnya pengembaraan itu mengikuti agenda batin kita sendiri.

Selamat Berfokus
Mitos lain adalah bahwa otak mungkin benar-benar menikmati periode waktu luang untuk menganggur. Masalahnya adalah bahwa "waktu luang," atau waktu senggang, tanpa mindfulness, sering kali bisa menjadi tempat berkembangnya pemikiran dan perasaan negatif. Ini karena otak "terprogram" untuk mengingat hal-hal yang menyakitkan atau berbahaya sehingga kita menghindarinya di masa mendatang.

Sebuah program meditasi mindfulness bisa mengurangi pikiran yang mengembara, dan dalam prosesnya meningkatkan keefektifan pribadi kita sebagai pembelajar, komunikator, dan pemecah masalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline