Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Antibodi Bertindak seperti Vaksin Malaria Jangka Pendek

Diperbarui: 3 September 2021   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Parasit malaria. Sumber: Science, Vol. 373, Issue 6558, 27 August 2021, hlm. 843.

Antibodi bisa mencegah tahap mirip spora dari parasit malaria ini dari menginfeksi sel-sel hati.

Antibodi monoklonal melindungi masyarakat dari infeksi malaria dalam uji coba "tantangan" kecil.

Suatu hari nanti, sebuah senjata baru yang kuat bisa digunakan dalam perang global melawan malaria. Obat-obatan dan kelambu sudah bisa membantu melindungi terhadap penyakit malaria, yang angka kejadiannya masih tinggi, setidaknya 200 juta orang per tahun dan angka kematiannya sekitar 400.000 orang per tahun.

Vaksin juga menawarkan beberapa janji, tetapi sebuah kajian tak lazim yang dilaporkan minggu lalu mendramatisasi potensi antibodi monoklonal, yang dibuat oleh sel-sel yang direkayasa secara genetik.

Sembilan relawan yang menerima antibodi itu sengaja dipaparkan terhadap nyamuk pembawa parasit penyebab malaria. Tak seorang pun yang terinfeksi, dan perlindungan oleh antibodi tampaknya bertahan selama lebih dari 6 bulan.

Uji coba ini terlalu kecil untuk mencapai kesimpulan tegas tentang efikasi perlindungan monoklonal, tetapi para peneliti lain mengatakan bahwa itu adalah bukti prinsip yang mencolok.

"Luar biasa," kata Dennis Burton, seorang ahli imunologi di Riset Scripps yang telah mengembangkan antibodi monoklonal untuk mencegah infeksi HIV, COVID-19, dan Zika, "Ini adalah sebuah kajian yang penting."

Biaya pembuatan antibodi monoklonal mahal, sehingga bisa jauh dari jangkauan banyak negara yang sedang berkembang, tetapi kajian tersebut juga menginformasikan upaya untuk meningkatkan vaksin-vaksin malaria.

Kajian itu menunjukkan pentingnya menargetkan respon-respons imun ke tahap mirip spora dari Plasmodium falciparum, protozoa yang bertanggung jawab atas sebagian besar kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia. Antibodi preventif berikatan dengan sebagian kecil dari protein Sirkumsporozoit (Circumsporozoite/CSP) yang melapisi permukaan sporozoit ini.

"Ini kajian pertama yang benar-benar menilai potensi sebuah antibodi terhadap target CSP pada manusia," kata Hedda Wardemann, seorang ahli imunologi di Pusat Penelitian Kanker Jerman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline