Warga berbaris di luar pusat vaksinasi di Sydney, di mana wabah virus varian Delta dari SARS-CoV-2 yang sangat menular berkembang pesat, membuat para pejabat memerintahkan lockdown baru pada bulan Juni 2021.
Memprediksi Masa Depan
Walaupun tidak mungkin untuk memprediksi dengan tepat bagaimana infeksi, virulensi, dan pengelakan imun akan berkembang dalam beberapa bulan mendatang, beberapa faktor yang akan mempengaruhi lintasan virus terlihat jelas.
Salah satunya adalah imunitas yang sekarang berkembang pesat dalam populasi manusia. Di satu sisi, imunitas mengurangi kemungkinan orang terinfeksi, dan bisa menghambat replikasi virus bahkan ketika sedang terjadi. "Itu berarti akan ada lebih sedikit mutasi yang muncul jika kita memvaksinasi lebih banyak orang," kata Cevik. Di sisi lain, varian pelarian imun apa pun sekarang memiliki keunggulan besar dibandingkan varian-varian lainnya.
Faktanya, dunia mungkin berada pada titik kritis, kata Holmes: Dengan lebih dari 2 miliar orang yang telah menerima setidaknya 1 dosis vaksin dan ratusan juta lainnya telah pulih dari COVID-19, varian yang mengelakkan imunitas sekarang mungkin akan lebih menular.
Hal serupa tampaknya telah terjadi ketika strain influenza H1N1 baru muncul pada 2009 dan menyebabkan pandemi, kata Katia Kolle, ahli biologi evolusioner di Universitas Emory. Sebuah makalah pada 2015 menemukan bahwa perubahan virus dalam 2 tahun pertama tampaknya membuat virus lebih mahir dalam penularan dari manusia ke manusia, sedangkan perubahan setelah 2011 sebagian besar adalah untuk menghindari imunitas manusia. Mungkin sudah semakin sulit bagi SARS-CoV-2 untuk menular.
"Ada beberapa batasan mendasar tentang seberapa baik virus bisa menular dan pada titik tertentu SARS-CoV-2 akan mencapai garis datar itu," kata Jesse Bloom, seorang ahli biologi evolusioner di Pusat Penelitian Kanker Fred Hutchinson. "Saya pikir sangat sulit untuk mengatakan kita sudah berada pada garis datar atau masih akan meningkat."
Ahli virologi evolusioner Kristian Andersen dari Riset Scripps menduga virus masih memiliki ruang untuk ber-evolusi dengan daya tular yang lebih besar. "Batas yang diketahui di alam semesta virus adalah campak, yang sekitar 3 kali lebih menular daripada apa yang kita miliki sekarang dengan varian Delta."
Menggaruk Permukaan
Para peneliti yang mencoba memahami perubahan genetik mana yang membuat varian-varian SARS-CoV-2 lebih berhasil berfokus pada protein spike yang menempel pada permukaan virus dan mengikat sel manusia.
Varian Alfa, Beta, dan Delta memiliki mutasi dalam 3 bidang utama protein yang bisa mempengaruhi daya tular virus dan kemampuannya untuk menghindari sistem imun.
Batas-batas pelarian imun sama-sama tidak pasti. Peta antigenik Smith menunjukkan ruang yang telah dijelajahi virus sejauh ini. Tapi bisakah virus itu pergi lebih jauh? Jika varian pada peta seperti kota-kota, lalu di mana batas alam negara, di mana samudera dimulai? Petunjuk penting adalah di mana beberapa varian berikutnya muncul di peta, kata Smith.
Varian Beta ber-evolusi ke satu arah dari virus asli dan varian Delta ke arah lain. "Terlalu cepat untuk mengatakan hal ini sekarang, tapi kita mungkin menuju dunia di mana ada 2 serotipe virus ini yang juga harus dipertimbangkan dalam vaksin apa pun," kata Drosten.
Pelarian imun sangat mengkhawatirkan karena bisa memaksa umat manusia untuk memperbarui vaksinnya secara terus-menerus, seperti yang terjadi pada flu. Namun vaksin yang melawan banyak penyakit lain, campak, polio, dan demam kuning, misalnya, tetap efektif selama beberapa dekade tanpa pembaruan, bahkan dalam kasus yang jarang terjadi di mana varian yang mengelakkan imun muncul.