Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Penularan Virus-Virus Pernafasan Melalui Udara

Diperbarui: 2 September 2021   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fase-fase yang terlibat dalam penularan virus pernapasan melalui udara. Diadaptasi dari:  Science, Vol. 373, Issue 6558, 27 August 2021, hlm. 981.

Keterangan:
Aerosol:

- Jarak kurang atau lebih dari 1 meter.
- Bisa mengapung di udara selama berjam-jam.

Droplet:
- Bisa melakukan perjalanan sejauh kurang dari 1 meter.
- Jatuh ke tanah dalam waktu kurang dari 5 detik.
- Tidak bisa dihirup.

Aerosol bermuatan virus (< 100 mm) pertama kali dihasilkan oleh individu yang terinfeksi melalui aktivitas penghembusan nafas (ekspirasi), di mana aerosol dihembuskan dan diangkut ke lingkungan. Aerosol mungkin terhirup oleh inang potensial sehingga memulai infeksi baru, jika virusnya  tetap ditularkan. Berbeda dengan droplet (>100 mm), aerosol bisa  berlama-lama di udara selama berjam-jam dan bergerak lebih dari 1 hingga 2 m dari individu terinfeksi yang menghembuskannya, sehingga menyebabkan infeksi baru pada jarak dekat dan jauh.

Latar Belakang
Paparan terhadap droplet-droplet yang dihasilkan dalam batuk dan bersin dari para individu yang terinfeksi atau kontak dengan permukaan yang terkontaminasi droplet (fomite) telah secara luas dianggap sebagai cara penularan dominan untuk patogen-patogen pernapasan.

Penularan melalui udara secara tradisional didefinisikan sebagai keterlibatan inhalasi aerosol penginfeksi atau "nukleus-nukleus droplet" yang lebih kecil dari 5 mm dan terutama pada jarak > 1 hingga 2 m dari individu yang terinfeksi, dan penularan tersebut dianggap hanya relevan untuk "penyakit yang tak lazim."

Akan tetapi, ada bukti kuat yang mendukung penularan melalui udara dari banyak virus pernapasan, termasuk Virus Corona Sindrom Pernapasan Akut Parah (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus/SARS-CoV), Sindrom Pernapasan Timur Tengah (Middle East Respiratory Syndrome/MERS)-CoV, virus influenza, rhinovirus manusia, dan Virus Pernapasan Sinsisial (Respiratory Syncytial Virus/RSV).

Keterbatasan pandangan tradisional tentang penularan droplet, fomite, dan penularan melalui udara disadari selama pandemi COVID-19.

Penularan droplet dan fomite dari SARS-CoV-2 saja tidak bisa menjelaskan banyak kejadian yang menyebar supercepat dan perbedaan penularan di antara lingkungan dalam dan luar ruangan yang diamati selama pandemi COVID-19.

Kontroversi di seputar bagaimana COVID-19 ditularkan dan intervensi apa yang diperlukan untuk mengendalikan pandemi telah mengungkapkan sebuah kebutuhan kritis untuk lebih memahami jalur penularan virus pernapasan melalui udara, untuk mendapatkan strategi-strategi berdasarkan informasi yang lebih baik, yang memungkinkan untuk mengurangi penularan infeksi saluran pernapasan.

Kemajuan
Droplet-droplet dan aerosol-aerosol pernapasan bisa dihasilkan oleh berbagai aktivitas penghembusan nafas (ekspirasi). Kemajuan dalam teknik pengukuran aerosol, misalnya aerodinamika dan pemindaian ukuran partikel yang bergerak, telah menunjukkan bahwa kebanyakan aerosol yang dihembuskan berukuran < 5 mm, dan sebagian besar berukuran < 1 mm untuk kebanyakan aktivitas pernapasan, termasuk yang dihasilkan selama bernapas, berbicara, dan batuk.

Aerosol yang dihembuskan memiliki berbagai ukuran yang terkait dengan tempat dan tempat pembentukan dan mekanisme produksi yang berbeda dalam saluran pernapasan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline