Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Kenyataankah yang Kita Lihat di Depan Mata?

Diperbarui: 23 Agustus 2021   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Organ mata. Sumber: Verywellhealth.com

Gagasan bahwa persepsi kita sesuai dengan kenyataan adalah intuitif, tetapi mungkin membutakan kita akan kebenaran yang lebih dalam, kata psikolog kognitif Donald Hoffman.

Selama berabad-abad, kita telah membuat kemajuan yang menakjubkan dengan menganggap bahwa segala sesuatu adalah kenyataan, tetapi benarkah demikian?

Mata manusia adalah sebuah organ yang mendeteksi cahaya dan mengirimkan sinyal di sepanjang saraf optik ke otak. Sebagai salah satu organ tubuh yang paling kompleks, mata terdiri dari beberapa bagian, dan masing-masing bagian berkontribusi pada kemampuan untuk melihat.

Terkait Fisika Optik, saya telah menguraikan dalam beberapa artikel tentang begitu banyaknya faktor yang mempengaruhi penglihatan kita, antara lain refleksi, refraksi, difraksi, indeks bias, sifat cahaya sebagai partikel sekaligus gelombang, dan pada akhirnya semua yang kita lihat adalah merupakan persepsi akan spektra elektromagnetik dari berbagai panjang gelombang.

Mata kita sendiri memiliki kelemahan tertentu sehingga persepsinya akan kenyataan bisa berbeda menurut titik acuan. Contoh paling jelas yang pernah beberapa kali saya sampaikan dalam artikel-artikel sebelumnya adalah seseorang yang melemparkan sebuah batu dari atas sebuah kereta api yang sedang bergerak akan melihat batu itu bergerak lurus, sedangkan pengamat di tanah yang diam relatif terhadap gerak kereta api itu melihatnya sebagai sebuah gerak melingkar.

Dalam persepsi visual, ilusi optik atau ilusi visual adalah ilusi yang disebabkan oleh sistem visual dan ditandai dengan persepsi visual yang bisa berbeda dari kenyataan.

Ada berbagai jenis ilusi, kategorisasinya sulit karena penyebab yang mendasarinya sering tidak jelas, namun klasifikasi yang diusulkan oleh Richard Gregory bisa digunakan sebagai orientasi.

Menurut Gregory, ada tiga kategori utama ilusi, yaitu ilusi fisik, ilusi fisiologis, dan ilusi kognitif, dan dalam setiap kategori ini terdapat 4 subkategori, yaitu ambiguitas, distorsi, paradoks, dan fiksi.

Contoh klasik untuk distorsi fisik adalah pembengkokan sebatang tongkat yang dicelupkan ke dalam air, untuk paradoks fisiologis sebuah efek lanjutan gerak (di mana, walaupun ada gerak, posisi tetap tidak berubah), untuk fiksi fisiologis adalah afterimage, dan 3 distorsi kognitif yang khas adalah ilusi Ponzo, Poggendorff, dan Mueller-Lyer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline