Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Belanda Pergi, Inggris Datang

Diperbarui: 22 Agustus 2021   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nyonya Meneer. Sumber: Bisnis

Apa perbedaan pengaruh bahasa Belanda dengan bahasa Inggris terhadap bahasa Indonesia?

Tentu banyak perbedaannya. Sekarang, penggunaan bahasa Belanda secara aktif sudah sangat terbatas, kalau pun ada, orang Belanda yang menjadi lawan bicara juga sangat terbatas jumlahnya.

Berikut saya sampaikan beberapa faktor penyebab perbedaan pengaruh itu:

Interaksi
Terlepas dari keyakinan sebagian orang bahwa Belanda pernah menjajah Indonesia selama 350 tahun dan sebagian orang lagi mengatakan tidak selama itu, orang Belanda pada zaman kolonial secara fisik berada di Indonesia, memiliki kepentingan untuk bisa saling berkomunikasi dengan orang Indonesia, dengan lebih memprioritaskan penggunaan bahasa Belanda. 

Dalam skala yang lebih kecil, orang Belanda mempelajari bahasa Melayu (kita sebut saja bahasa Indonesia) dan bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, sampai-sampai istilah berbahasa Indonesia maupun Jawa masuk ke dalam kamus bahasa Belanda, lihat artikel saya: Kata Pinjaman Indonesia dalam Bahasa Belanda.

Dengan kehadiran mereka di Indonesia, komunikasi bisa dilakukan secara tatap muka, apalagi pada zaman itu belum ada jaringan internet. Dalam penyampaian bahasa Belanda kepada orang Indonesia, mereka juga menyisipkan "petunjuk bersikap" dalam berbahasa, sehingga dari pengamatan saya, mereka memposisikan diri lebih di atas.

Contoh:
Kata "pak" atau dulu "tuan,"yang sepadan dengan bahasa Inggris "Mr." (Belanda: Heer) dipertegas oleh orang Belanda dengan menambahkan "saya" menjadi "tuanku" menjadi "mijn Heer," yang disingkat menjadi "Meneer." Demikian pula, bu atau Nyonya dari Vrouw menjadi Mevrouw (Nyonyaku) dan ada alternatifnya yang hanya digunakan di Indonesia, yaitu Nyonya Meneer (Nyonya atau isteri Tuanku).

Setelah kemerdekaan Indonesia 76 tahun yang lalu, mentalitas seperti ini secara bertahap menghilang dari pengguna bahasa Belanda, seiring dengan menghilangnya para Meneer dan Mevrouw itu, walaupun sampai 1 dekade yang lalu saya masih menemukan sisa-sisanya, ketika seorang Indonesia yang fasih berbahasa Belanda berbicara dengan seorang wisatawan asal Belanda.  

Saya mengamati hal ini sambil mempraktikkan bahasa Belanda yang dulu saya pelajari dari paket buku dan kaset Algemeen Nederlands (Bahasa Belanda Umum).

2. Ketertiban Berbahasa Asing
Dengan adanya faktor pada #1 di atas, pembelajar bahasa Belanda lebih tertib dalam belajar, tidak bisa sembarangan, harus mengikuti tatabahasa secara ketat, dll, karena yang akan dihadapi adalah seorang Meneer.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline