Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Pendapatan Minimum yang Dikelola secara Maksimum: Sebuah Pembelajaran Hidup

Diperbarui: 21 Agustus 2021   15:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Barang dagangan Rizki. Dokpri.

Rizki dan Afifah dengan barang dagangannya, kembang api dan layangan.

Dalam artikel: Pro dan Kontra WFH, saya menyinggung tentang murid saya, Rizki, yang karena beberapa alasan melakukan WFH dengan memindahkan barang dagangannya dari lapak sewaan ke rumah.

Sebagai anak seorang pedagang musiman, ada musimnya ayah Rizki menjual kembang api, dan sekarang ini penjualan kembang api menurun. Ayah Rizki mengatasi situasi ini dengan memvariasikan atau mendiversifikasi barang dagangannya, dengan tetap berjualan kembang api, tetapi ditambah dengan layangan.

Lika-liku penjualan kembang api telah saya uraikan dalam artikel: Pedagang Kembang Api Musiman.

Sekarang mari kita lihat bagaimana ayah Rizki mengelola secara maksimum pendapatannya yang minimum.

Origami. Dokpri.

Anjing, topi samurai, dan tempat tidur bayi origami.

Tadi pagi, sehabis sarapan, saya menyempatkan diri untuk mengajari Rizki dan adik perempuannya, Afifah, bagaimana melipat kertas origami menjadi 3 bentuk: anjing, dari 3 lembar kertas, dan topi samurai dan tempat tidur bayi masing-masing dari 1 lembar kertas.
Tentang cara melipat tempat tidur bayi, lihat artikel saya: Mainan Edukasi: Origami, Tempat Tidur Bayi.

Sebelum melipat kertas, saya sempat mewawancarai ibu Rizki bagaimana mereka mengelola pendapatan yang dia katakan minimum dalam rangka untuk tetap survive di tengah pandemi.

Dengan menurunnya penjualan kembang api, diversifikasi barang dagangan dengan layangan bisa meningkatkan pendapatan, dengan nominal yang bervariasi tergantung cuaca, jumlah pembeli dan hari penjualan.

Layangan yang dijual sangat bervariasi, mulai dari layangan dengan bahan dari plastik seharga Rp. 1.500, sampai dengan yang berbahan kertas minyak atau kertas perkamen seharga Rp. 2.000, Rp. 2.500, Rp. 3.000, Rp. 5.000, dan Rp. 6.000.

Bisa dilihat dengan jelas, bahwa keuntungan yang diperoleh dari penjualan tiap layangan adalah dalam bilangan ratusan Rupiah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline