Sambungan dari: Teknologi Berbasis Elektromagnetika.
Dari artikel-artikel saya sebelumnya, teramati bahwa listrik, magnet, cahaya, elektron, fotoelektron (foton), kuantum cahaya, saling berkaitan satu sama lain.
Kesalingterkaitan ini bukan hasil karya dari satu ilmuwan saja, tetapai banyak ilmuwan yang bekerjasama maupun sendiri-sendiri, dengan melanjutkan eksperimen para ilmuwan terdahulu dan dalam rentang waktu berabad-abad dan banyak generasi sejak abad ke-17 sampai dengan sekarang.
Rentang waktu itu jugalah yang menambahkan mekanika kuantum kepada mekanika klasik, yang menghasilkan banyak teknologi maupun peralatan baru berbasis mekanika kunatum yang sangat mempermudah hidup kita.
Dalam artikel ini, saya batasi ulasan saya hanya sampai dengan penemuan rumus panjang gelombang yang dikaitkan dengan konstanta Planck dan momentum oleh de Broglie.
Artikel ini kita mulai dengan melanjutkan hasil eksperimen mulai dari:
1. Isaac Newton (1642-1726)
Newton meneliti tentang cahaya putih sejak 1666 lalu menemukan teori korpuskuler cahaya (cahaya sebagai partikel), lihat artikel saya: Spektrum Warna dari Cahaya Putih.
2. Christiaan Huygens (1629-1695)
Dalam karyanya, Treatise on Light (Risalah tentang Cahaya) pada 1690, Huygen membuat hipotesis bahwa cahaya adalah gelombang yang merambat melalui eter, lihat artikel saya: Eter: Medium Perambatan Gelombang Cahaya.
3. Francesco Maria Grimaldi (1618-1663)
Grimaldi menemukan fenomena difraksi cahaya pada 1660, sebelum Huygens membuat hipotesisnya tentang cahaya sebagai gelombang, namun risalah hasil eksperimen Grimaldi dilupakan oleh semua orang dan tumbuh berdebu dan berjamur di rak-rak perpustakaan beberapa akademi dan universitas selama bertahun-tahun, hingga awal abad ke-19, karena teori korpuskulerlah yang tetap diyakini dalam sains, lihat artikel saya: Teori Gelombang Cahaya yang Berperan Penting dalam Pengembangan Teknologi.
4. Michael Faraday (1791-1867), James Clerk Maxwell (1831-1879), dan Heinrich Rudolf Hertz (1857-1894)
Hampir 150 tahun kemudian, hipotesis ilmiah yang berani dari Huygens tentang cahaya sebagai gelombang diverifikasi dan dikonfirmasi dengan eksperimen yang dilakukan oleh Faraday, Maxwell, dan Hertz, lihat artikel saya: Teknologi Berbasis Elektromagnetika.
5. Alexander Grigorievich Stoletov (1839-1896), dan Albert Einstein (1879-1955)
Efek fotolistrik pertama kali diteliti oleh Stoletov pada 1888-1889. Pada awalnya, perkembangan teori kuantum itu lambat. Baru pada 1905 Einstein menyarankan bahwa kuantitas energi radiasi hv dikirimkan dalam proses emisi cahaya bukan ke segala arah melainkan searah (unidirectional), seperti sebuah partikel. Nama kuantum cahaya atau foton diterapkan pada porsi energi radiasi seperti itu.
Einstein juga membahas efek fotolistrik, proses dasar fotokimia, dan kapasitas panas benda padat terkait teori kuantum, lihat artikel saya: Fisika untuk Hiburan 80: Efek Fotolistrik (Bagian I). Pada tahun yang sama Einstein menemukan ekivalensi massa-energi: E = mc^2.