Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Kata Pinjaman Indonesia dalam Bahasa Belanda

Diperbarui: 18 Agustus 2021   07:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata Kroepoek digunakan pada kemasan produk ini untuk memberikan kesan bahasa Belanda, padahal kroepoek diadaptasi orang Belanda dari kata Indonesia, kerupuk.

Jika ada bangsa di dunia ini yang sampai sekarang masih menggunakan fonem lama "oe" untuk "u," mereka adalah bangsa Belanda. Ini tidak jadi masalah karena oe sudah biasa mereka gunakan sejak zaman dahulu.

Oe inilah yang pada zaman kolonial diintroduksi ke dalam bahasa Indonesia, dalam ejaan lama atau yang kita kenal sebagai ejaan van* Ophuysen.

*van dalam nama orang bermakna "oleh," atau "anak dari," sebuah selera humor Belanda yang menggunakan kata ini untuk menggambarkan seseorang itu "dibuat oleh," "anak dari," atau "berasal dari"...... ayahnya. Saya melihat ada banyak ketidaktertiban berupa kapitalisasi "van" menjadi "Van" yang sebenarnya tidak boleh dilakukan, kecuali jika berada di awal kalimat. Yang lebih melenceng adalah menghilangkan "van" dari nama orang, misalnya "van der Tuuk" ditulis "der Tuuk" atau malah "Der Tuuk."

Prof. Charles van Ophuijsen adalah seorang ahli bahasa berkebangsaan Belanda, yang pernah menjadi inspektur sekolah di maktab perguruan Bukittinggi, Sumatera Barat, kemudian menjadi profesor bahasa Melayu di Universitas Leiden, Belanda.

Pada 1901, van Ophuijsen melakukan pembakuan ejaan bahasa Indonesia yang pertama kali, dibantu oleh Nawawi Soetan Makmoer dan Moh. Taib Sultan Ibrahim. Hasil pembakuan mereka yang dikenal dengan ejaan van Ophuijsen ditulis dalam sebuah buku berjudul "Kitab Logat Melajoe." Dalam kitab itu dimuat sistem ejaan Latin untuk bahasa Melayu di Indonesia.

Setelah menerbitkan Kitab Logat Melajoe, van Ophuijsen kemudian menerbitkan Maleische Spraakkunst (1910). Buku ini kemudian diterjemahkan oleh T.W. Kamil dengan judul Tata Bahasa Melayu dan menjadi panduan bagi pemakai bahasa Melayu di Indonesia.

Nah, van Ophuysen inilah orang yang memasukkan fonem "oe" ke dalam bahasa Indonesia. Perhatikan bahwa sebelum Sumpah Pemuda pada 1928, bahasa Indonesia masih disebut bahasa Melayu.

Kita sekarang sudah menggunakan Ejaan yang Disempurnakan (EyD), tidak ada lagi fonem atau vokal "oe," karena sudah diganti menjadi "u" yang lebih sederhana. Akan tetapi bagaimana dengan bahasa Belanda sendiri? (lihat penjelasan di atas).

"Oe" tetap digunakan oleh orang Belanda, termasuk dalam kata-kata yang dipinjam dari bahasa Indonesia.

Catatan:
1. Saya selalu mengatakan bahwa tiap bahasa memiliki keunikan tersendiri, tak eloklah kalau menganggap bahasa yang satu lebih unggul daripada pada bahasa yang lain.

2. Saya menggunakan istilah adopsi (pungut) untuk kata yang berasal dari bahasa asing, adaptasi (penyesuaian) untuk pengubahan kata yang diadopsi itu sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, misalnya ketika kita mengadopsi kata "computer" dari bahasa Inggris, kata itu diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi "komputer." "Komputer" menjadi sebuah "kata pinjaman" bahasa Inggris dalam bahasa Indonesia (English loanword in Indonesian). Pinjam meminjam kata di antara berbagai bahasa merupakan hal yang lumrah, yang pada gilirannya memperkaya perbendaharaan kata dari bahasa-bahasa yang meminjam kata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline