Ini makanan populer atau popular? Kenapa popularitasnya bahkan sampai ke Afrika?
Istilah kusut masai mempunyai alternatif kusut kasau, kusut mesut atau kusut masut, dan kusut murut yang semuanya bersinonim satu sama lain, tinggal pilih yang mana yang hendak Anda jadikan preferensi, karena kata kedua yang digandengkan dengan kata kusut bermakna "sangat."
Kusut sendiri bermakna: tersimpul jalin-menjalin tidak keruan* hingga sukar diuraikan (rambut, benang, dan sebagainya).
*keruan, bukan karuan.
Dalam artikel ini saya akan mengulas tentang contoh kekusutmasaian ini, yaitu pada kata yang diakhiri dengan "ar," juga "al" yang kita adopsi dari bahasa Inggris.
Mungkin bagi Anda sekalian ini adalah hal yang remeh-temeh, tetapi bagi saya ini sangat-sangat menjebak dan menimbulkan kerancuan besar, dan saya mengupayakan sebuah usulan yang mungkin bisa dijadikan solusi atau setidaknya pemahaman penggunaan istilah terkait, dan setidaknya lagi, di antara sesama penulis di Kompasiana.
Saya memulai dengan memberikan contoh istilah yang sudah diadopsi dengan benar. Bagi Anda yang pernah belajar ilmu kimia, ada topik tentang larutan, lalu sifat koligatif larutan, yang dipengaruhi oleh jenis zat apa yang dilarutkan ke dalam pelarut.
Konsentrasi larutan atau jumlah zat terlarut di dalam larutan dinyatakan sebagai molaritas dan molaritas (dari bahasa Inggris molarity dan molality).
1. Kata dasar molaritas adalah molar, dan
2. Kata dasar molalitas adalah molal.
Sejauh ini tidak masalah, karena kita mengadopsi kata molar dan molal berdasarkan huruf-huruf "ar" dan "al," bukan bunyinya seperti yang biasa dilakukan dalam bahasa Jepang ketika mengadopsi istilah asing.
Selanjutnya, pikiran Anda pasti mengarah ke "oh, kalau begitu, ke dalam bahasa Indonesia, adaptasi berdasarkan bunyi dong yang menimbulkan masalah, bahkan kekusutmasaian itu?" Anda benar!