Hubungan "seju" yang saya maksudkan dalam artikel ini adalah hubungan antara senior-junior dalam lingkungan korporat.
Bagaimana hubungan yang "sejuk" ini bisa terbina sangat bergantung dari tingkat kesamaan titik keberangkatan dan destinasi, atau monggo, Anda bisa menyebutnya visi dan misi.
Saya menggunakan kata "tingkat" karena jelas bahwa untuk sampai dengan mulus ke destinasi bersama dibutuhkan sebuah perjalanan bersama dan dengan demikian juga waktu tempuh bersama.
Saya tidak akan membahas tentang hal-hal diluar seju yang sejuk maupun hal-hal yang mempengaruhi hubungan ini secara negatif dan destruktif, yang memang tidak bisa dihindari karena senior dan junior berdiri di posisi yang berbeda, dan perbedaan posisi ini perlu penyetaraan (levelling) dalam menjalankan tugas masing-masing dan memberikan kontribusi masing-masing kepada perusahaan.
Jadi dikotomi senior - junior itu hanya dalam hal bagaimana seorang junior bersikap kepada senior dan sebaliknya. Sekali lagi, jika tidak demikian, maka lingkungan kerja toksik yang pernah saya bahas dalam artikel-artikel terkait sebelumnya pun tak terelakkan.
Lingkungan kerja toksik ini berpotensi menghambat pelaksanaan pekerjaan dan menimbulkan suasana yang sangat tidak kondusif. Lingkungan kerja toksik bisa ditimbulkan oleh siapa saja di kantor, mulai dari bawahan, rekan kerja, atasan, bahkan juga bos, lihat artikel saya: Profiling 3 Karakteristik Manusia Toksik sebagai Unsub, dan: Kompetensi dan Sikap: Senjata Antigagal Menghadapi Manusia Toksik.
Dari artikel pertama di atas ada 3 karakteristik yang harus diwaspadai secara proporsional oleh seorang senior maupun junior:
1. Perasaan paling superior.
2. Kedekatan yang bukan berlandaskan ketulusan.
3. Inkompetensi dan ketidakjujuran.
Setelah mengidentifikasi potensi masalahnya, mari kita kaji potensi solusinya, yang hanya terdiri dari 2 komponen, yaitu: Kompetensi dan Sikap, yang tentunya dilandasi oleh JJC (Jujur, Jelas, Cepat), lihat artikel saya: Mencapai Target Hidup: JJC Prasyaratnya.
Kejujuran
Kejujuran tidak bisa ditawar-tawar, jadi jangan "memulai" sebuah ketidakjujuran bahkan dalam pikiran. Inilah yang dinamakan dengan kejujuran mutlak (absolute honesty) oleh Ivan Burnell dalam bukunya, Power of Positive Doing. Saya menerjemahkan buku ini dan menerbitkannya via Gramedia Pustaka Utama pada 2001.
Kejujuran adalah kejujuran dan kebohongan adalah kebohongan, tidak ada yang namanya berbohong untuk kebaikan atau kebohongan putih (white lies). Itu hanya istilah yang dibuat oleh orang yang sudah berkompromi dengan ketidakjujuran. "Kebenaran akan membebaskanmu" sama dan sebangun dengan "kebohongan akan memperbudakmu."