Salah satu senyawa paling penting yang kita konsumsi adalah Natrium klorida, atau yang biasa disebut garam sehari-hari (daily salt), garam biasa (common salt), garam meja (table salt), atau garam saja. Sebenarnya istilah garam kurang tepat karena garam dalam ilmu kimia, misalnya kimia anorganik, adalah istilah yang digunakan untuk semua senyawa anorganik yang dalam air bisa terurai menjadi ion positif, umumnya dari unsur-unsur golongan 1 s/d 3, dan ion negatif dari golongan 7 atau halogen.
Garam yang kita makan sehari-hari mengandung banyak Natrium dan memiliki rumus kimia NaCl, yaitu senyawa yang terbentuk dari unsur logam alkali atau golongan 1, Natrium, dengan Klor dari golongan halogen atau golongan 7. Karena NaCl atau garam Natrium adalah garam yang paling umum digunakan maka ia disebut garam saja. Bandingkan dengan garam Lithium yang digunakan dalam air mineral hanya dalam konsentrasi yang sangat sedikit. Lihat artikel saya: Lithium, Logam Paling Ringan.
Untuk selanjutnya, saya menggunakan secara bergantian istilah Natrium klorida dan garam dalam artikel ini.
Meskipun berlimpah di bumi, Natrium tidak pernah ditemukan dalam bentuk murni secara alami melainkan dalam bentuk senyawa dengan unsur lain. Natrium klorida yang kita sebutkan barusan adalah senyawa Natrium yang paling umum. Senyawa ini juga dikenal sebagai mineral Halite, yang membuat air laut menjadi asin. Mineral Natrium lainnya termasuk Sodalite, batu biru lembut yang bisa dibentuk dan dipoles.
Natrium murni cukup lunak untuk dipotong dengan pisau. Natrium bereaksi dengan Oksigen di udara membentuk senyawa yang disebut Natrium oksida, yang bisa menyala ketika bersentuhan dengan air.
Senyawa Natrium dalam kembang api menyala dengan warna jingga kekuningan. Di Mesir kuno, kristal senyawa Natrium digunakan untuk mengawetkan mayat sebagai mumi. Senyawa lain yang berguna adalah Natrium bikarbonat, atau soda kue, yang membuat adonan mengembang dengan melepaskan gelembung Karbon dioksida.
Ketika dimurnikan, Natrium klorida, atau garam biasa, memiliki beberapa kegunaan. Ia membuat es mencair sehingga digunakan dalam pasir asin yang ditambahkan ke jalan yang licin dan beku. Ini membantu penghilangan es (de-icing) agar jalan menjadi lebih aman. Natrium klorida juga merupakan bumbu yang penting untuk makanan. Rasa makanan yang tidak diberi bumbu ini disebut hambar.
Garam juga digunakan dalam pengawetan makanan, misalnya hasil laut yang diasinkan lalu dikeringkan, atau sayuran seperti sawi asin kering, tauco basah maupun kering, pasta tauco, tahu asin, dll. Saya menduga bahwa tujuan semula pengawetan makanan ini selain agar tahan disimpan lebih lama juga untuk penghematan karena rasanya yang sangat asin.
Garam bisa diproduksi dalam kolam-kolam garam buatan di lereng pegunungan yang diisi dengan air dari sungai yang mengalir dari pegunungan di dekatnya. Di bawah sinar matahari, air kolam menguap, meninggalkan kerak garam tebal yang bisa dikumpulkan. Garam membentuk bagian dari batuan jauh di bawah tanah sebelum dilarutkan oleh sungai dan mengalir ke kolam.
Penguapan juga bisa digunakan untuk mengumpulkan garam dari air laut atau sumber air asin lainnya (dikenal sebagai air garam). Namun, saat ini, sebagian besar garam dunia berasal dari tambang bawah tanah yang mengandung lapisan garam tebal yang merupakan hasil pengeringan laut purba. Selama jutaan tahun, garam kering itu telah terkubur di bawah lapisan bebatuan yang padat.
Apa yang disebut garam batu (rock salt) ini terkadang digali menggunakan ekskavator. Di tambang lain, ia dicuci dengan mengalirkan air hangat yang melarutkan garam. Air garam kemudian dipompa ke permukaan untuk diuapkan.