Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Keserakahan

Diperbarui: 14 Juni 2021   21:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Manusia serakah, sumber: marvel.com

Saya telah menayangkan cukup banyak artikel dalam Topik Yuk Belajar Peribahasa, antara lain: Peribahasa Dalam Beberapa Bahasa untuk Pembelajaran, Peribahasa dalam Beberapa Bahasa untuk Pergaulan, dan Peribahasa dalam Beberapa Bahasa untuk Parenting, dsb, dan sekarang Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Keserakahan.

Manusia sangat mudah dihinggapi kesombongan dan keserakahan. Dalam hal keserakahan, mudah-mudahan kita bisa membekali diri dengan kearifan Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Keserakahan ini.

Untuk mengidentifikasi dan mewaspadai orang yang serakah maupun bermawas diri agar tidak menjadi serakah, karena orang serakah hanya tahu mengambil, sama sekali tidak tahu apa itu menjaga keseimbangan antara mengambil dan memberi.

Tantra terakhir dari Panchatantra, "Tindakan Tanpa Pertimbangan yang Wajar" menguraikan tentang sifat serakah sebagai berikut (lihat artikel saya: Mewaspadai Keserakahan Melalui Panchatantra):

Di usia tua,
rambut memutih, gigi menjadi longgar,
Mata dan telinga berhenti berfungsi dengan baik,
Tapi keserakahan tetap belia selama-lamanya.

Dalam bahasa Jawa serakah atau loba disebut kemaruk, contoh: Dia adalah manusia yang kemaruk terhadap harta.

Karakteristik orang yang serakah disebutkan dalam peribahasa-peribahasa: Yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran (Menggambarkan orang yang tamak atau serakah), Dabih menampung darah (Sangat tamak), Anjing diberi makan nasi, bilakah kenyang? (Orang yang loba, rakus dan tamak tidak pernah puas dengan keuntungan yang diperolehnya), Dikasih hati minta jantung (Orang yang melunjak diberi sedikit tetapi masih meminta lebih) atau: Diberi sehasta hendak sedepa (Sudah diberi sedikit minta lebih banyak lagi; sangat rakus dan tamak; tidak pernah puas dengan apa yang sudah diperoleh), Kerbau punya susu, sapi punya nama ((Kita yang bersusah payah, orang lain (yang serakah) yang mendapatkan nama)), dan Berhakim kepada beruk (Meminta pengadilan kepada orang yang tamak niscaya akan rugi).

Dalam peribahasa Inggris: Much would have more (Banyak ingin memiliki lebih banyak), atau The more you get, the more you want (Semakin banyak yang Anda dapatkan, semakin banyak yang Anda inginkan), sehingga kita bisa memilih yang lebih baik di antara: Banyak pun kurang, sedikit pun cukup, dan The sea refuses no river (Laut tidak menolak sungai).

Dalam peribahasa Tamil: Seperti orang serakah melihat susu dan beras, dan: Anjing-anjing yang rakus nasi, datanglah ke festival kerbau di bulan Januari (Ini adalah sebuah pancingan untuk menghajar orang yang serakah).

Dalam peribahasa Mandarin: Yenda dupixiao, Mata besar perut kecil (orang serakah). Konfusius mengatakan: Seseorang dilahirkan dengan keinginan untuk mendapatkan keuntungan. Jika dia membiarkan hal ini terjadi, dia akan terbawa ke pertengkaran dan konflik, dan kesopan-santunan dan kerendahan hati akan dia tinggalkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline