Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Kasih Sayang Orangtua

Diperbarui: 12 Juni 2021   04:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://id.pinterest.com/pin/88735055144430436/

Kasih sayang orangtua adalah satu-satunya cinta yang benar-benar tanpa pamrih, tanpa syarat dan pemaaf. – Dr. T.P. Chia.

Kali ini saya membahas Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Kasih Sayang Orangtua.

Sebuah pantun yang menggambarkan asal-usul kasih sayang berbunyi:
Dari mana datangnya lintah?
Dari sawah turun ke kali.
Dari mana datangnya cinta?
Dari mata turun ke hati.

Walaupun "lintah" boleh dikatakan berima dengan "cinta," namun orang Melayu mengatakan bahwa ini bukan pantun Melayu. Pantun Melayunya adalah:
Dari mana punai melayang?
Dari kayu turun ke padi.
Dari mana kasih sayang?
Dari mata turun ke hati.

Ini adalah kasih sayang di antara muda-muda, dan saya ingin membawa Anda langsung menuju ke hati tanpa menyinggahi mata, yakni hati orangtua.

Surga di telapak kaki ibu, karena kasih ibu tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia. Kasih terbesar yang bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari dari seorang ibu: Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang penggalan (Kasih ibu itu tidak akan ada batasnya kepada anaknya, sedangkan anak, terkadang tidak mengasihi ibunya).

A mother is your first friend, your best friend, your forever friend (Seorang ibu adalah teman pertama Anda, sahabat Anda, teman Anda selamanya).

A mother is the only person on earth who can divide her love among 10 children and each child still have all her love (Ibu adalah satu-satunya orang di dunia yang bisa membagi kasih sayangnya kepada 10 anak dan setiap anak masih memiliki seluruh kasih sayang itu).

Dalam dialek Hokkien, almarhum ayah saya pernah mengatakan: Orangtua bisa menghidupi 7 anaknya, tapi belum tentu 7 anak bisa menghidupi orangtuanya.

Tidak ada orangtua yang: Anak dipangku dilepaskan, beruk dalam rimba disusukan (Selalu membereskan atau memikirkan urusan orang lain, sedangkan urusan sendiri diabaikan). Urusan di sini adalah "anak."

Orangtua hanya memberikan kasih sayang dan kebaikan kepada anak-anaknya, karena: Sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri (Betapa pun jahatnya orangtua,* mereka tidak akan tega mencelakakan anaknya sendiri).
*Saya koreksi menjadi "Seandainya ada orangtua yang jahat sekali pun."

Oleh karena itu, leluhur kita mengajarkan pentingnya bakti kepada orangtua, utamanya kepada ibu, dan kita bisa membaca banyak kisah tentang apa akibatnya jika seorang anak durhaka kepada ibunya. Dalam bahasa Mandarin dikatakan, seorang putra yang lebih mengasihi isteri ketimbang ibunya adalah anak yang durhaka. Ini ajaran moral yang hampir tidak diamalkan lagi zaman sekarang.

Sedemikian luhurnya kasih sayang orangtua dituangkan ke dalam banyak "peribahasa baru" hasil renungan orang-orang tentang keluhuran itu. Orang Batak menuangkan hal ini dalam banyak lagu, misalnya: Inang (Ibu), Ndang na Turpukta Hamoraon (Bukan Nasib Kita untuk Menjadi Kaya), dll, dan orang Melayu misalnya dalam lagu: Kasih Sayangnya Bunda, yang pernah saya beri tautan ke video lagunya dalam artikel saya: Bunda Juga Orangtua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline