Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

"E Taling" Jawa Menjadi "-nya" yang Kadang Membingungkan

Diperbarui: 5 Juni 2021   21:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diadaptasi dari: https://catadoptionteam.org/news/how-to-prepare-for-a-kitten/

Anak Kucing.

Membingungkan
Ayah: Johan
Anak: Putri

Teman Putri (Batak): "Ayah kamu siapa?"
Putri: "Pak Johan."
Teman Putri (Jawa): "Ayahnya kamu siapa?"
Putri: "Pak Johan."
Teman Putri (Jawa): "Pak Johan ayahnya Putri."*
Teman Putri (Batak): "Oh, pak Johan ayahnya Putri, berarti jendernya terbalik-balik."
Karena orang Batak memaknai "ayahnya" sebagai "berayahkan, atau ayah si..." karena berpegang pada kaidah bahasa Indonesia bahwa "nya" adalah kata ganti orang ketiga tunggal untuk "dia."

*Kalau dibalik: "Ayahnya Putri pak Johan."
Ini lebih membingungkan teman Batak Putri: "Oh, ayahnya, putri pak Johan." Lebih kacau malah.

Tidak Membingungkan
Untuk lebih jelasnya, kita lihat "mereka," kata ganti orang ketiga jamak yang tetap dituliskan terpisah.
Ayah: Joko.
Anak: Rina dan Floren

Teman Putri (Jawa dan Batak): "Dua orang teman kamu itu siapa?"
Putri: "Rina dan Floren, mereka kakak adik."
Teman Putri (Jawa dan Batak): "Siapa ayah mereka?"
Putri: "Pak Joko."
Teman Putri (Jawa dan Batak): "Oh, ayah mereka pak Joko," atau "Oh, pak Joko ayah mereka," atau teman Putri (Jawa): "Oh, ayahnya mereka pak Joko," atau "Oh, pak Joko ayahnya mereka."

Kalimat yang mana yang tidak membingungkan:
Anak anak anak anak anak anak anak kucing adalah kucing juga, atau: Anaknya anaknya anaknya anaknya anaknya anaknya anaknya kucing adalah kucing juga, atau: Anak dari anak dari anak dari anak dari anak dari anak dari anak kucing adalah kucing juga.

Penggunaan "nya" jika didengar oleh orang yang tidak biasa menggunakannya, kalau pun tidak menimbulkan kebingungan, setidaknya membutuhkan tambahan beberapa detik untuk mencerna maknanya.

Ini seperti menggunakan bilangan Romawi yang sudah usang ketimbang bilangan Latin yang digunakan sehari-hari. Dengan pertimbangan untuk tidak membuang waktu beberapa detik setiap kali membaca jam tangan, saya dan Putri lebih suka menggunakan jam tangan dengan bilangan Latin: 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12. Bandingkan dengan: I II III IV V VI VII VIII IX X XI XII.

Jika diasumsikan bahwa saya menggunakan jam tangan berbilangan Romawi, dalam sehari saya melihat jam tangan 5 kali, buang waktu 3 detik setiap kali. Dalam setahun waktu saya yang terbuang = 365 x 5 x 3 detik =  5.475 detik = 1 jam 31 menit 15 detik.

Hal ini jugalah yang mendasari saya untuk menyederhanakan kode Morse dari . dan - (titik dan garis atau dit dan dah) menjadi 1 dan 3 (do dan mi). Lihat artikel saya: Tutorial Kode Morse dengan Menggunakan Harmonika (Metode Simak).

Jonggol, 5 Juni 2021

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline