Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Dua Anak Membuat Sendiri Buku Bacaan dari Pembelajaran di Kelas Terbuka

Diperbarui: 24 Mei 2021   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Coretan Pembelajaran Persegi Ajaib.

Saya baru 2 minggu terakhir ini menerima 2 murid, Farel, kelas 3 SD, dan Rizki, kelas 6 SD. Tadinya saya menjanjikan mereka akan saya ajari harmonika yang kelihatannya mereka minati setelah saya jelaskan. Karena harmonika belum saya sediakan, saya pun mulai mengajari mereka matematika, yang bahannya sebagian sudah saya tuliskan dan beberapa artikel sebelumnya. Rizki adalah anak seorang pedagang kembang api yang menyewa tempat untuk lapaknya di depan rumah Farel.

Karena ini kelas informal atau kelas terbuka alias kelas jalanan, maka bahan yang saya ajarkan sama untuk mereka yang beda kelas 3 tahun, tetapi masih dalam batas daya serap mereka. Memang awalnya saya melihat Farel agak kesulitan mengikuti pembelajaran, tapi itu bukan disebabkan karena bahannya sulit atau karena selisih usianya 3 tahun dari Rizki, karena metoda pengajaran saya didasarkan pada Sim-ak (Simplifikasi-akselerasi) temuan saya, tapi lebih karena belum terbiasa.

Tanpa kami sadari, orangtua kedua anak ini memperhatikan dari samping sambil manggut-manggut senang. Ayah Farel menanyakan apakah anaknya kurang bisa nangkap dan saya katakan bahwa sama sekali tidak ada masalah dengan kecerdasan Farel, tapi minatnya yang perlu diasah, dan wajar jika dia lebih lama memahami ketimbang Rizki. 

Pembelajaran pertama ditunjukkan kedua anak ini kepada ayah mereka masing-masing, dan yang paling menggembirakan adalah masalah Farel dengan hafalan perkalian sudah tidak ada lagi hanya dengan belajar kurang dari 1 jam. Farel berjanji akan melatih ajaran saya, membuktikan hasil perkalian bilangan di atas 6 sambil menghafalnya.

Demikianlah, tanpa terasa semakin banyak bahan yang saya ajarkan kepada mereka dan saya lihat metode saya yang di luar buku itu juga membuat ibu Farel senang, senang karena melihat perkembangan pesat anaknya dalam waktu yang relatif singkat. Pernah suatu kali Farel tak berada di tempat, saya pun mengajari Rizki seorang dengan pesan agar dia yang mengajari Farel.

Kedua anak yang saling kenal dan lumayan lama berteman itu sekarang memiliki kegiatan tambahan mendiskusikan bahan yang sudah mereka pelajari. Kemarin saya mengajari mereka tentang persegi ajaib dengan mengganti-ganti 9 bilangan yang akan diisikan. Rizki yang merasa tertantang meminta saya menggunakan bilangan yang lebih besar, dan ini tampaknya membuat Farel yang semula "tidak suka matematika" kurang siap kalau diberi soal serupa.

Setelah Rizki menyelesaikan tugas baru itu tak sampai 1 menit kemudian, saya malah membuat 1 soal lagi dengan bilangan-bilangan yang lebih besar dan menyuruh Farel yang kerjakan, dan dia bisa. Saya berpesan kepada Farel, ada satu pembelajaran tambahan dalam mengisi persegi ajaib ini, yang lebih penting dari menjumlahkannya, yakni cara menyusunnya.

Sebelumnya, saya berpesan kepada Rizki untuk mengerjakan PR matematika dari sekolahnya atau mengerjakan ulang soal-soal dengan mengaplikasikan apa yang telah saya ajarkan, yang telah dia tuliskan dalam buku bacaan yang dia buat sendiri.

Tadi malam, sebelum meninggalkan kedua anak ini, ada satu tambahan pesan saya kepada Rizki, agar dia saling mengisi dengan Farel dan jangan memandang remeh Farel, karena jika Farel bisa memahami juga apa yang dia pahami, bukankah itu lebih "hebat"?

Kalau keadaan sudah memungkinkan, saya akan mengajari mereka bermain harmonika. Kemarin saya sudah berdiskusi dengan mereka jenis harmonika apa yang ingin mereka gunakan, apakah diatonik dengan 10 lubang, 20 not, atau tremolo dengan 24 lubang, 48 not. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline