Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Catatan Harian Hari ke-2 Lebaran 1442H

Diperbarui: 2 Juni 2021   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri, Srotongandak, dari: Een Blik in het Javaansche Volksleven karya L. Th. Mayer, 1897.


Seperti yang sudah saya antisipasi sebelumnya, karena dalam beberapa hari ini saya tidak makan di luar, maka saya sudah mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan. Saya memasak dengan memasukkan all-in-one bahan ke dalam rice cooker, beras dan lauk yang dimasak dengan pengukusan.

Tadi saya memeriksa bundelan majalah SIASAT, Warta Sepekan, yang saya beli dari Toko Indonesia Membaca pak Amril, lihat Apa Kata Kompasiana tentang Kompasiana? dan ternyata jumlahnya 12 nomor, dengan masing-masing nomor berisi 40 halaman. Saya men-scan 1 nomor dan mengeditnya sehingga seakan mendapat majalah baru, padahal aslinya dari 65 tahun yang lalu. Itulah kelebihan zaman now dibanding zaman "tak enak."

dokpri

Sampul Majalah SIASAT, Warta Sepekan, Tahun X, No. 468, 30 Mei 1956.

Dalam nomor ini ada sebuah berita yang lalu saya telusuri lebih lanjut di internet tapi tidak saya temukan, yaitu:
Apa yang Terjadi Minggu ini, 20-27 Mei 1956:
 
HALAL BIHALAL
Wanita-wanita Indonesia yang tergabung dalam WIC pada tanggal 24-25 Mei 1956 malam yang lalu di rumahnya Mr. Suwarno  di Pegangsaan Timur telah mengadakan jamuan makan untuk semua anggota perkumpulan itu berkenaan dengan Lebaran. Nyonya...... (berlubang pada bagian halaman 6 ini)-to sedang mengambil makanan, dengan anggota-anggota WIC lainnya.

dokpri, Foto hitam-putih pada halaman 6 hasil scan Majalah SIASAT, Warta Sepekan, Tahun X, No. 468, 30 Mei 1956.

Kemudian, karena saya teringat tentang sesuatu hal yang pernah saya baca dari Javanese English Dictionary (Kamus Jawa Inggris) karya Stuart Robson dan Singgih Wibisono, terbitan Periplus Editions (HK) Ltd. pada 2002, saya pun lalu membuka kamus itu dan mencari hal yang saya maksudkan itu (terjemahan bebas):
Hal ini pada gilirannya terkait dengan perubahan besar yang terjadi dalam budaya Jawa selama 100 tahun terakhir: segala macam benda dan adat istiadat yang dulu terkenal, baik di pedesaan maupun di keraton, kini telah lenyap. Namun orang masih harus berhati-hati jika mereka hendak bertahan hidup di tempat yang terisolasi, dan bagaimanapun nilai benda dan adat istiadat itu tidak diragukan lagi. Misalnya, banyak dari apa yang disebutkan dalam buku Een Blik in het Javaansche Volksleven (Sekilas tentang Kehidupan Orang Jawa) karya L. Th. Mayer, 1897, yang sarat dengan istilah dan sketsa, sekarang tidak dikenal lagi secara umum, tetapi sebagai catatan, buku ini memiliki makna yang cukup besar.

Mayer menggolongkan benda-benda yang dia inventarisasi itu ke dalam 310 kategori dalam bukunya yang setebal hampir 330 halaman itu. Berikut saya sajikan beberapa gambar yang diambil dari buku tersebut:

dokpri, Andan-andan, dari: Een Blik in het Javaansche Volksleven karya L. Th. Mayer, 1897.

dokpri, Gawangan dengan gapit dan bandul, dari: Een Blik in het Javaansche Volksleven karya L. Th. Mayer, 1897.

dokpri, Kori Pekarangan, dari: Een Blik in het Javaansche Volksleven karya L. Th. Mayer, 1897.

Bagi pembaca yang berminat memiliki buku ini, silahkan unduh dari tautan ke archive.org ini.

Jonggol, 14 Maret 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline