Lihat ke Halaman Asli

Johan Japardi

Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Ramanujan, Satu Lagi Keluhuran Timur yang Dirampas

Diperbarui: 30 April 2021   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

freepressjournal.in

Srinivasa Ramanujan

Anda akan kaget jika Anda membaca tuntas artikel ini. Sesuai dengan janji saya pada artikel sebelumnya, Game Persegi Ajaib 3x3, inilah artikel tentang Ramanujan sekelumit yang bisa saya tuliskan.

Srinivasa Ramanujan FRS (22 Desember 1887-26 April 1920), meninggal tepat 101 tahun dan 4 hari yang lalu pada usia 32 tahun, mestinya adalah seorang wunderkind (bahasa Jerman untuk: anak ajaib, adaptasi kata ini ke dalam bahasa Inggris dimaknai sebagai: seseorang yang sangat pintar dalam sesuatu hal dan mencapai kesuksesan di usia muda).

Mengapa saya menggunakan kata "mestinya"? Karena, sesuai dengan judul artikel ini, Ramanujan memang seorang wunderkind, tapi tidak menjalani kehidupan wunderkind dengan selayaknya. Mengapa? Karena keluhurannya sebagai orang Timur dirampas habis-habisan oleh orang Barat.

Contoh-contoh perampasan keluhuran Timur ini bisa disimak dari artikel-artikel saya, antara lain:
1. Timur Itu Luhur, Berbanggalah.
2. Post-Truth vs Paradigma Kuwalik Prof Wir, Mana yang Lebih Tepat?

Lebih 20 tahun yang lalu, saya mulai mempelajari bahasa Tamil dan setelah ada internet, dengan berbagai kata kunci (matematikawan, Tamil, dll.), saya pun menemukan informasi tentang Ramanujan.

Ramanujan adalah seorang matematikawan India yang lahir di tepian Sungai Cauvery, sekitar 200 km dari Chennai, di kota kuil Kumbakonam, distrik Tanjavur, Tamil Nadu, India.

https://www.deccanherald.com/sunday-herald/sunday-herald-articulations/in-a-temple-town-the-home-of-a-genius-743693.html

Rumah Kelahiran Ramanujan.

Meskipun Ramanujan hampir tidak mendapat pelatihan formal dalam matematika murni, dia memberikan kontribusi substansial dalam analisis matematika, teori bilangan, deret tak terhingga, dan pecahan berkelanjutan, termasuk solusi untuk masalah-masalah matematika yang pada masa itu dianggap tak terpecahkan.

Ramanujan semula mengembangkan penelitian matematikanya sendirian dalam keterpencilan. Menurut Hans Eysenck: "Dia mencoba menarik minat para matematikawan profesional terkemuka kepada karyanya, tetapi sebagian besar gagal. Karya yang dia tunjukkan kepada mereka terlalu baru, terlalu asing, dan juga disajikan dengan cara yang tidak lazim; mereka tidak bisa diganggu."
(Anda bisa melihat kekurangmampuan berpikir sekaligus kesombongan Barat di sini?)

Dalam pencarian matematikawan yang bisa lebih memahami karyanya, pada 1913 Ramanujan memulai kemitraan melalui surat-menyurat dengan matematikawan Inggris G.H. Hardy di Universitas Cambridge, Inggris. Menyadari bahwa karya-karya Ramanujan itu luar biasa, Hardy mengatur agar Ramanujan melakukan perjalanan ke Cambridge. Dalam catatannya, Hardy berkomentar bahwa Ramanujan telah menghasilkan teorema-teorema baru yang inovatif, beberapa di antaranya "benar- benar mengalahkan saya; saya belum pernah melihat bahkan yang  sedikit saja mirip dengan karya-karya ini," dan beberapa di antara hasil karya yang sangat maju ini baru-baru ini telah terbuktikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline