Cerpen kocak* ini tersedia dalam bahasa Indonesia dan Tanjungbalai Asahan.
*Kocak = lucu (Indonesia), banyak uang (Tanjungbalai).
Dari Catatan Harian, 15 September 2019
Versi Indonesia
Berlayar Kita Setujuan
Bertambat Kita Setangkahan
(Semboyan kota Tanjungbalai, tambahan kata "kita" dari saya).
Sebagai anak Kota Kerang (julukan Tanjungbalai), saya menyadari bahwa, dan bangga karena, kota kelahiran saya ini memiliki banyak keunikan, entah itu bahasanya, keragaman dan kerukunan suku-sukunya, makanan khasnya, sikap hidup penduduknya, dan lain sebagainya.
Konon, menurut yang empunya cerita, saya sendiri, ada seorang anak muda bernama Udin Cengkok yang tinggal di seberang, Sungei Nangka, keponakan wak* Anzahari, ayah dari Ayu Anzahari yang merantau ke ibukota dan menjadi aktris terkenal itu.
*wak, uwak, uwa = pakde.
Tahun 1980-an, waktu cerita ini bermula, wak Anzahari ini diboyong anak perempuannya ke Jakarta dan menetap di sana sampai tutup usia beberapa tahun yang lalu.
Si Udin pula sehari-harinya bekerja sebagai nelayan. Dia mempunyai sebuah sampan yang dia pakai melaut setiap hari. Pada masa itu, hasil tangkapan si Udin ini sangat banyak, banyaklah uangnya, bisa dia memperbaiki rumahnya dan rumah orangtuanya dari yang semi-permanen menjadi permanen, bertingkat pula. Kalau perkara isi rumahnya, tak usahlah kita kaji lagi, lengkap semua perabotannya, apa pun ada.
Berkat didikan yang baik sejak kecil, Udin tak pernah sombong dengan keberhasilannya. Dia dikenal masyarakat Sungei Nangka sebagai orang yang pemurah hati dan suka membantu orang yang berkesusahan. Walaupun kecil luas wilayah Sungei Nangka yang bersebelahan dengan Sungei Pasir dan Sungei Kepayang itu, tapi setidaknya ada dualah kelebihannya.
Yang pertama, konon pada zaman kolonial Belanda dulu, orang di desa inilah yang menginspirasi orang Belanda untuk manyingkat kata "Sungei" menjadi "Sei."