Untuk berbagi kepada teman-teman Barat saya, saya menerjemahkan artikel saya Kartini-kartini yang Tersembunyi (atau Disembunyikan?) ke dalam bahasa Inggris menjadi Hidden Kartinis.
Dalam artikel ini saya singgung tentang bubur pedas dan ternyata ini menderu minat seorang rekan Kompasianer, Sirpa, sampai-sampai dia membuka tautan dari artikel ini ke bubur pedas tersebut.
Sirpa memberi komentar ini:
"Sikentut leave? Does it smell like farts. Greetings."
Karena tidak begitu menyimak, pemahaman saya yang pertama muncul adalah: "Sikentut pergi? Apakah baunya seperti kentut?" Nah lho.
Setelah dijelaskan oleh Sirpa, barulah saya ngeh bahwa yang dimaksudkan oleh Sirpa adalah: "Daun Sikentut? Apakah baunya seperti kentut?"
Jawab saya: "Ya, daun kentut! Jika kamu nggak suka baunya, masaklah dia."
Kesalahpahaman semula saya adalah karena daun Sikentut adalah istilah yang dipakai di Jawa, kalau di Medan dan Tanjungbalai Asahan istilahnya adalah daun Kentut! sinonimnya daun Sembukan (Paederia foetida L.).
Ke mana arah pembicaraan saya ini?
Dari satu komentar singkat Sirpa ini, saya jadi terinspirasi untuk share kepada para pembaca tentang keberanian dalam menamakan makanan.
Selain si daun Sembukan yang berani kita sebut daun Kentut karena memang berbau kentut, kita tidak merasa aneh kalau nama makanan hewani kita tinggal digabungkan dengan nama organ tubuhnya: sapi menjadi daging sapi, kambing menjadi daging kambing dll.
Tapi jangan coba-coba menerjemahkan istilah-istilah ini secara harfiah ke dalam bahasa Inggris, orang Barat akan sangat ketakutan!, kecuali mungkin orang Jerman.