Lihat ke Halaman Asli

Membaca Sambil Tidur dan Tidur Sambil Membaca

Diperbarui: 17 Januari 2017   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dalam sebuah kesempatan bincang-bincang selepas presentasi buku, seorang teman bercerita mengenai temannya yang mengikuti lomba pidato. Singkat cerita, di akhir pidato, temannya ini mengeluarkan statement atau pernyataan yang bunyinya kira-kira begini: “orang Jepang itu membaca sambil tidur, sedangkan orang indonesia tidur sambil membaca”. Pernyataan ini sebenarnya ingin membedakan kegiatan membaca orang  Jepang dan orang Indonesia. Orang Jepang “membaca sambil tidur” mau menjelaskan bahwa bagi orang Jepang kegiatan membaca merupakan hal yang utama sedangkan tidur hanya latar belakang atau kegiatan yang mendukung kegiatan membaca. Ini berbeda dengan orang Indonesia. Orang Indonesia “tidur sambil membaca” menyiratkan makna bahwa membaca bagi orang Indonesia hanyalah kegiatan pendukung untuk kegiatan lain yaitu tidur. Artinya, membaca hanyalah kegiatan yang dapat mempercepat proses tidur, karena dengan membaca dapat membuat mata menjadi lelah dan akhirnya tertidur.

Kalau kita mau jujur, orang Indonesia memang tidak punya kebiasaan membaca buku, berbeda dengan orang Jepang atau orang-orang Eropa. Di negara-negara Eropa, membaca buku ditempat-tempat umum adalah hal yang biasa dan sering terlihat, sehingga bagi orang-orang Eropa, melihat orang membaca buku ditempat umum bukanlah keanehan. Ini berbeda dengan Indonesia. Saya teringat cerita seorang teman yang merasa aneh ketika melihat temannya membaca buku ditempat umum. 

Bahkan menurut teman ini, temannya itu sebenarnya sedang pamer diri kalau dia suka membaca buku, karena itu alangkah baiknya jika ia membaca buku ditempat yang tidak dilihat orang. Pola pikir teman saya ini, saya kira menunjukkan pola pikir sebagian besar orang Indonesia yang melihat membaca buku ditempat umum adalah keanehan dan tak lazim. Padahal, membaca buku itu bisa dimana saja, kapan saja. Kita tidak bisa membatasi orang lain untuk membaca buku sesuai dengan pola pikir kita. Justru kita harusnya senang melihat ada orang yang gemar membaca dan menjadikannya sebagai contoh.

Mereka yang paling dekat bersentuhan dengan buku adalah pelajar dan mahasiswa. Mengapa? Karena setiap hari mereka ini pasti melihat buku. Selain itu, hampir  semua sekolah atau kampus memiliki perpustakaan yang isinya adalah buku. Maka, seharusnya merekalah yang paling mungkin untuk membaca buku. Tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Perpustakaan sepi peminat yang ingin membaca buku. Para pelajar atau mahasiswa pergi ke sekolah atau kampus bukan “memamerkan” buku terbaru yang sedang ia baca tapi peralatan make up terbaru, HP android terbaru, sepatu baru, atau tas mahalnya. 

Saat istirahat atau jeda waktu antar mata kuliah yang dilakukan bukan membaca buku tapi facebook-an, BBM-an, Whatsapp-an, bahkan ada yang BBM-an sambil buka buku bukan buku buku sambil BBM-an. Iklim ilmiah tidak terbangun di sekolah atau kampus, karena para pelajar atau mahasiswa malas membaca dan malas berdiskusi hal-hal yang ilmiah. Padahal, kesempatan paling banyak untuk membaca buku hadir pada saat jadi pelajar atau mahasiswa. Bayangkan saja jika ada seorang pelajar atau mahasiswa menyempatkan waktunya untuk membaca 1 buku dalam 1 bulan, maka setelah lulus ia  paling tidak sudah membaca 36 sampai 48 buku. Luar biasa bukan?

Sampai dengan saat ini, manusia hanya menggunakan 10% kapasitas otaknya (lihat tulisan saya dengan judul: ketidakterbatasan manusia). Itu artinya, manusia sebenarnya masih bisa menggunakan kapasitas otaknya lebih dari 10%. Salah satu cara mengisi kapasitas otaknya adalah dengan membaca. Membaca merupakan makanan bagi otak. Dengan membaca, otak kita akan terus diisi dengan pengetahuan, sehingga tidak mengalami kelaparan. Membaca merupakan cara kita mengenyangkan otak kita yang sedang kelaparan akan pengetahuan. Jadi, membaca merupakan kebutuhan penting yang mestinya dipenuhi sama seperti makan dan minum.

Membaca merupakan kegiatan yang khas manusia. Karena itu, di sekolah dasar seorang siswa diajarkan membaca dan menulis. Apakah anda pernah melihat binatang membaca? Pernahkah anda melihat tumbuhan membaca? Membaca merupakan kegiatan yang dapat memanusiakan manusia bahkan memuliakan manusia. Dengan membaca, kita mendapatkan pengetahuan baru. Kita menjadi tahu akan sesuatu berkat membaca. Dengan membaca, kita membongkar keterbatasan pengetahuan kita. Itu artinya, dengan membaca kita sudah melampaui keterbatasan pengetahuan kita. Bisa dikatakan bahwa dengan membaca manusia sedang mentransendensikan dirinya. Dan transendensi diri lewat membaca itu dapat tercapai jika kita mau berusaha “membaca sambil tidur” bukan “tidur sambil membaca”. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline