Lihat ke Halaman Asli

jofi arya

Agribisnis

Turunnya Harga Jual Jeruk di Banyuwangi Menjadikan Petani Alih Komoditas

Diperbarui: 23 Oktober 2020   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama   : Djopfi Arcya Safputra

Nim     : 1815106011105

Matkul : Kapita Selekta Agribisnis

Tugas   : Artikel Populer ( Hortikultura Buah: Komoditas Jeruk )

Tanaman Jeruk merupakan komoditas buah yang banyak di minati semua orang. Salah satu jenisnya adalah jeruk siam. Jeruk siam merupakan salah satu komoditas andalan petani Banyuwangi, karena terkenal dengan manisnya buah ini. Bahkan Kabupaten Banyuwangi pernah menjadi salah satu pemasok tertinggi jeruk siam di wilayah Jawa Timur. Usia produktif pohon jeruk berkisar 4-5 tahun. Dalam satu tahun, pohon jeruk bisa di petik 2-3 kali.

Pada tahun 2020 merupakan tahun yang sulit bagi salah satu petani jeruk di Kabupaten Banyuwangi. Karena pada saat ini, banyak petani yang mengalami penurunan maupun harga jual jeruk. Banyak petani di Banyuwangi yang tidak beruntung pada saat panen dengan memperoleh harga yang anjlok. Seperti halnya petani Banyuwangi yang panen duluan yang memperoleh harga jual Rp 2000- Rp 3000 /Kg. Dari harga tersebut petani mendapatkan kerugian yang tidak sedikit. Karena budidaya jeruk memerlukan perawatan yang intensif, baik dari perawatan,  pemupukan, dan pencegahan penyakit. Harga pupuk yang relatif mahal dan belum lagi biaya pengobatan maupun perawatan. Biaya yang di keluarkan petani yang relatif besar, maka tidak akan bisa menutupi kerugian yang diperoleh petani jika harga jual jeruk terus anjlok.

Ada beberapa petani yang memilih untuk mengurangi biaya perawatan pada saat harga jeruk menurun. Karena petani berfikir untuk mengimbangi harga jual dengan biaya perawatan supaya tidak terlalu mengalami kerugian yang besar. Selain itu, banyak petani yang lebih memilih beralih ke komoditas lain, seperti petani yang beralih ke tanaman tembakau. Banyak petani yang beralih ke tanaman tembakau karena dinilai harganya yang cukup tinggi. Tembakau sendiri merupakan tanaman yang mudah dalam membudidayakan, akan tetapi cukup rumit ketika setelah proses pemanenan. Itu semua akan sebanding dengan harga tinggi yang ditawarkan oleh pembeli tembakau rajangan. Maka dari itu, petani lebih banyak beralih dari tanaman jeruk ke tanaman tembakau.

Harga jual sendiri merupakan faktor penentu kesejahteraan bagi petani di Banyuwangi. Ketika harga jual yang normal maka akan membuat petani memperoleh hasil yang cukup. Akan tetapi ketika harga jual yang menurun maka akan membuat kerugian besar bagi petani. Pasalnya tanaman jeruk merupakan tanaman tahunan, dimana banyak petani yang ketergantungan penghasilannya di tanaman jeruk. Apabila tanaman jeruk tidak menghasilkan, maka sebaiknya petani beralih ke komoditas lain yang memiliki prospek yang lebih menguntungkan.  Langkah yang dilakukan petani Banyuwangi cukup baik, karena dengan mengetahui peluang maka akan meningkatkan pendapatan petani tersebut.

                                                                                                   

DAFTAR PUSTAKA

Sodiqin, A. 2020. https://radarbanyuwangi.jawapos.com/read/2019/09/09/154903/kualitas-jeruk-banyuwangi-menurun-harga-tetap-mahal (diakses tanggal 11 Oktober 2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline