Lihat ke Halaman Asli

Djodi Sambodo

Writing is for fun.

Merdeka dari Pandemi, Mungkinkah?

Diperbarui: 19 Juli 2020   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara Peringatan 17 Agustus 2019 Warga RW 06 Perumahan TMI, Pondok Aren, Tangerang Selatan (dok. pribadi)

17 Agustus 2020 tinggal satu bulan lagi, jumlah yang terjangkit virus Covid-19 masih saja bertambah. Alih-alih bicara penurunan, justeru penambahan di atas angka seribu sudah berapa kali terjadi selama tiga minggu terakhir. Lihat saja data nasional per 14 Juli, Selasa (14/7/2020) pukul 12.00 WIB, diketahui ada 1.591 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Penambahan itu menyebabkan kini ada 78.572 kasus Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020, dengan rekor tertinggi adalah 2.657 pada 9 Juli 2020.  Jumlah terbanyak sekarang adalah berasal dari Jawa Timur yang semula berada di posisi kedua setelah DKI.

Sejak 26 Juni, jumlah yang terkonfirmasi terjangkit virus corona jenis SARS-CoV-2 yang menyerang saluran pernafasan atau lebih dikenal sebagai Covid-19 di Jawa Timur telah melewati jumlah DKI.

Tak ayal jumlah penyebaran Covid-19 di Indonesia makin mencemaskan, bahkan para pengamat kesehatan dunia sejak Maret 2020 sudah meramalkan Indonesia akan menjadi pusat pandemi Covid-19 dan Surabaya bisa menjadi Wuhan-nya Indonesia.

Seperti diketahui Wuhan adalah kota di China tempat awal Covid-19 ditemukan sebelum merebak menjadi wabah pandemi ke seluruh dunia dengan jumlah kematian total di dunia sudah mencapai angka 536,346 jiwa.

Pandemi Covid-19 sudah menjadi momok menakutkan dan kini 'menjajah' kebebasan penduduk bumi. Bagaimana tidak, sifat sosial sebagai manusia adalah berinteraksi satu sama lain, ternyata kini menjadi sumber penyebab terjadinya penyebaran virus Covid-19. 

Misalnya pertemuan empat seminar besar di Jawa Barat pada bulan Februari dan Maret 2020 telah mengindikasikan terjadinya penularan Covid-19. Akad pernikahan di Semarang bulan Juni lalu telah menjadi klaster penyebaran Covid-19, 10 orang positif terjangkit dan dua orang meninggal dunia.

Belum lagi peristiwa tertularnya seorang ibu dari pedagang sayuran keliling yang positif terjangkit Covid-19. Peristiwa ini tentunya dapat dijadikan sebagai peringatan bagi masyarakat yang perduli dengan kesehatan dan keselamatan jiwanya. 

Pelaksanaan Peraturan Daerah tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) semakin menegaskan adanya  pembatasan aktifitas sosial masyarakat. Mulai dari imbauan kepada mesjid untuk tidak menyelenggarakan sholat Jumat, tarawih dan Ied berjamaah. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online. Anjuran kepada perusahaan agar karyawannya bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Hanya memperbolehkan toko yang menjual kebutuhan pokok masyarakat yang diperbolehkan buka.

Peringatan hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2020 misalnya oleh Kominfo (Kementerian Komunikasi dan Informatika) hanya dihadiri langsung oleh pejabat eselon 1 dan 2, sedangkan seluruh karyawan diwajibkan menyaksikan secara virtual atau online. Kondisi seperti ini sangat jauh berbeda di saat sebelum terjadinya pandemi Covid-19.

Pada tahun sebelumnya peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus begitu maraknya diperingati oleh seluruh masyarakat. Misalnya saja perayaan Kemerdekaan RI ke-74 tahun 2019 oleh warga RW 06 Perumahan Taman Mangu Indah (TMI), Pondok Aren Tangerang Selatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline