Lihat ke Halaman Asli

Mh Yulparisi

I love Indonesia

Menerka Strategi Alfred Riedl

Diperbarui: 17 Desember 2016   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Euphoria Indonesia selangkah menjadi juara setidaknya membuat rakyat Indonesia sedikit istirahat dari ketegangan politik. Banyak pihak yang optimis inilah saatnya Indonesia dapat menjadi juara. Bahkan beberapa media asing mencoba memposisikan tim kita seperti Leicester City yang menjadi juara tanpa diduga.

Kurnia Mega tetap dapat diandalkan dibawah mistar. Performanya sebenarnya stabil dan bagus tapi harus ditunjang dengan barisan pertahanan yang baik. Kesalahan Fachrudin yang kerap lemah menjaga Teerasil Dangda di leg pertama harus menjadi catatan agar tidak terulang di leg kedua. Dua wing back juga harus disiplin menjaga lawan dan meminimalkan terjadinya pelanggaran ataupun umpan silang sayap Thailand.

Punggawa timnas Garuda memang kerap salah dalam mengantisipasi umpan silang baik melalui tendangan penjuru, umpan silang langsung dari sisi sayap ataupun set piece dari free kick pemain lawan. Dalam beberapa pertandingan kelemahan ini terlihat jelas. Bagaimana Teerasil Dangda dapat melakukan sundulan bola sempurna hasil umpan silang pemain sayap Thailand ataupun set piece corner kick Vietnam yang menghasilkan gol pertama di semifinal leg kedua.

Gelandang bertahan juga harus dapat berperan sebagai tembok pertahanan awal namun dengan permainan yang lebih cerdas dengan tidak banyak melakukan pelanggaran yang tidak perlu saat lawan mendekati area kotak penalti. Bayu Pradhana dan Manahati Lestusen yang kemungkinan kembali dimainkan bersamaan juga harus lebih sabar mengalirkan bola ke lini depan. Sering kali mereka langsung melepas umpan jauh ke depan tanpa memperhatikan posisi rekannya.

Absennya Andik tentu merugikan Indonesia. Penggantinya Zulham Zamrun belum menampilkan performa terbaik selepas cedera lutut yang cukup lama membuatnya tidak tampil dalam kompetisi ISL. Zulham juga kerap salah mengumpan. Mungkin karena belum terjalin komunikasi yang baik dengan rekan-rekannya. Untuk itu tidak ada salahnya jika coach Reidl mencoba nafas baru yaitu Bayu Gatra. Pemain sayap muda ini dikenal memiliki kecepatan dan teknik yang cukup baik. Karena seharusnya kita tidak hanya bertumpu melakukan penyerangan dari sisi kiri saja melalui Rizky Pora dan Abduh Lestaluhu. Sisi kanan kita selepas absennya Andik nampak lemah dalam melakukan serangan. Sehingga skema counter attack kita tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Kedua pemain sayap juga harus rajin dalam melakukan pertahanan. Karena Thailand memiliki bek yang juga rajin mendukung serangan. Terlihat pemain sayap kita kerap membiarkan lawan leluasa mendekati daerah pertahanan kita. Hal ini tentunya akan memberatkan pemain pertahanan kita.

Sebenarnya jika tidak memainkan Bayu Gatra dan Indonesia konsentrasi bertahan maka coach Riedl punya opsi lain yaitu menumpuk gelandang bertahan dengan memasukkan Dedi Kusnandar bermain bersama Bayu Pradhana dan Manahati Lestusen. Tapi strategi ini mungkin akan diambil coach Riedl saat banak kedua jika kita bisa menahan Thailand dibabak pertama tanpa kebobolan.

Opsi kedua adalah memainkan Evan Dimas didepan dua gelandang bertahan. Evan Dimas memang tidak memiliki kecepatan dan kerap kalah duel saat bertahan. Tapi Evan Dimas di sisi lain adalah pemain yang mampu bermain dengan melihat seluruh area lapangan. Dalam arti dia memiliki kreativitas dalam men delay bola dan juga pintar dalam mengalirkan bola, hal yang hilang dalam 3 pertandingan terakhir timnas Indonesia.

Dengan memainkan Evan Dimas maka coach Riedl dapat memberikan kebebasan bagi Rizky Pora, Stefano Lilipaly dan Boaz Solossa untuk bergerak menciptakan ruang karena Evan Dimas memiliki kemampuan melakukan umpan jauh yang cukup terukur. Hal ini mengingatkan kita dengan strategi Ancelotti yang membiarkan Seedorf, Kaka dan Shevcenko bergerak bebas ke kanan dan ke kiri menyesuaikan dengan serangan balik hasil umpan jauh Pirlo. Terlalu jauh mungkin kita membandingkan dengan mereka tapi kenyataannya dalam beberapa pertandingan sebelumnya hanya Rizky Pora yang terpaku berada di sisi kiri. Baru pada leg pertama melawan Thailand, Rizky Pora bergerak ke kanan dan menghasilkan gol pertama untuk timnas Indonesia.

Kita hanya dapat berandai-andai tapi yang sesungguhnya kita harapkan pemain kita dapat bermain tenang, penuh konsentrasi, disiplin dan memiliki semangat juang hingga peluit akhir dibunyikan oleh wasit.

Ayo Indonesia! Juara!!!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline