The Death of Christ … had been already taken place
Yesus ‘dibunuh’ oleh Teolog Yesus telah dibunuh oleh para Pemuka Agama. Dalam buku "Berjalan di Atas Air", Anthony De Mello dengan jitu telah menggambarkan bagaimana Kristus sebenarnya telah ‘dibunuh’ oleh para petinggi Gereja dan para ahli alkitab. Tapi penggambaran De Mello itu diandaikan oleh sebuah cerita. Begini ceritanya (yang tentunya berdasarkan pemahaman pribadi) Alkisah, pada zaman purba, di daerah pengunungan yang sangat dingin, seseorang berhasil menemukan cara membuat api dengan sangat sederhana dan murah. Kemudian orang ini mengajarkan cara membuat api ini kepada penduduk desa dengan gratis tanpa mengharapkan imbalan apapun. Bahkan sebelum para penduduk desa sempat berterima kasih, orang ini sudah pergi dari desa itu ke desa lain untuk mengajar. Demikian seterusnya, sehingga orang ini menjadi sangat terkenal akan kebaikan hati dan ajarannya. (laconicsoftware.com) Para dukun desa dan petinggi desa menjadi sangat gelisah karena ketenaran dan reputasi mereka tertandingi oleh pengajar api ini. Mereka berusaha memfitnah pengajar api ini sebagai utusan setan, dan api adalah buatan roh-roh jahat. Tapi mereka tidak berhasil karena para penduduk selalu mendapat kehangatan dan faedah dari api ini. Akhirnya para dukun dari desa-desa ini, karena merasa ‘lembaga’ mereka terancam, sepakat untuk ‘membunuh’ pengajar api ini. Tapi para dukun ini tidak berani membunuh pengajar api ini di depan para penduduk dan untuk membunuh pengajar api ini secara diam-diam juga sulit karena pengajar api ini biasanya muncul tanpa diduga dan pergi tanpa direncanakan, serta tidak pernah muncul di desa-desa yang telah dikunjunginya. Akhirnya para dukun ini malah sepakat untuk memasang gambar pengajar api ini di altar tempat ibadah. Para penduduk dihimbau menyembah dan mengagung-agungkan kebaikan pengajar api ini. Pengajar api ini pun dijadikan Tuhan. Siapapun yang tidak menyembah dan mengagungkan Pengajar, dianggap tidak selamat dan kualat. Cara membuat api-pun mulai dibakukan. Yang beda dari cara yang dibakukan dianggap ’sesat’ dan bersumber dari roh-roh jahat. Untuk itu cara baku ini dibukukan, ditulis dengan persetujuan para dukun dan para dukun mengklaim bahwa cara merekalah yang terbenar. Cara lain salah dan sesat. Para dukun juga mendirikan sumber api abadi di tempat ibadah. Sumber api abadi ini didirikan untuk membedakan api dari si pengajar dan ‘api lain’ yang mereka bilang berasal dari roh-roh jahat. Akhirnya tiap desa punya sumber api sendiri-sendiri dan mengklaim bahwa api merekalah yang original. Demikian juga Kristus (si pengajar Api). Kristus mengajarkan (Api) Kasih - Cinta tanpa syarat dan pamrih, pada tiap individu manusia. Sekarang ajaran dia sudah dirubah menjadi penyembahan kepada Kristus belaka. Ritual - Iman. Asal sembah Kristus, pasti selamat - kata para theolog. Beginilah cara Kristus dibunuh ….. dengan diagung-agungkan dan dipuja-puja, bukan diteladani perbuatanNya, mengajarkan (Api) Kasih kepada tiap individu manusia. Ada 2 jenis pengikut Kristus : 1. Theolog - cendikiawan agama - Agamawan. 2. Rohaniwan. Theolog, adalah orang yang mempelajari dengan detail segala sesuatu tentang Tuhan, tentang Kasih, tentang Jalan menuju Tuhan, dsbnya. Ibaratnya resep makanan diperdebatkan, makanan tersebut tidak pernah dimakan. Ibarat, selalu nonton ‘blue film, tapi enggan melakukannya. Jadi Alkitab itu ibarat text kuno, dipelajari, diteliti, dan dipuja sepanjang masa tapi ngak pernah dipraktekkan. Mereka percaya Janji Tuhan 100% (katanya), tapi ngak punya keinginan untuk ‘mengalami’ apa yang dijanjikan Tuhan. Fokus pada Janji secara literally - dianggap suatu bentuk Iman, maka keluarlah doktrin Salvation by Faith Alone. Di Roma atau Korintus dan di Galatia tertulis : "Yang menyelamatkan adalah Iman bukan perbuatan" ditafsirkan literally, sedangkan Di Surat Yakobus yang tertulis : "Iman tanpa perbuatan adalah sia-sia" ditafsirkan kontekstual. Kenapa ngak sebaliknya ? Kenapa keduanya ngak ditafsirkan literally atau keduanya ditafsirkan kontekstual ? Jawaban Theolog pasti adalah : Roh Kudus. Yes..Satu Roh Kudus menghasilkan banyak Denomation. Yeah…Right! Roh Kudus apa Idelogi pribadi ? Pertanyaan yang harus dijawab oleh diri tiap individu manusia secara jujur. Dan kenapa harus bersandar pada Roh Kudus, sementara Kristus begitu ’super PD’ berani menyatakan : "Aku dan Bapa adalah Satu". Demikian juga Musa berani mengatakan : "Akulah Aku yang mengutus aku". Ok. Kristus adalah Tuhan, tapi bagaimana dengan Musa yang bukan Tuhan ? Musa biarpun percaya bahwa ‘Peraturan (Taurat) adalah Segalanya", bukanlah seorang Theolog. Dia seorang rohaniwan, seperti juga De Mello, seperti juga Al Hallaj, seperti juga Rabiah. Rohaniwan adalah seorang yang menikmati makanan bukan mendiskusikan resep makanannya. Dia juga seorang pencinta bukan seorang yang sekedar puas menonton ‘blue film’. Dia mengalami apa yang dijanjikan Tuhan, bukan hanya percaya apa yang dijanjikan Tuhan. Sebenarnya ada sub-cerita tentang si pengajar Api ini. Sebelum para Dukun sepakat untuk mengusung gambar si pengajar di atas altar, para Dukun sudah mengeluarkan fatwa bahwa hati-hati dengan api yang diajarkan si pengajar api, karena api itu berasal dari roh-roh jahat (sudah diceritakan di atas). Selama ini, para penduduk mendapatkan api dengan membeli api dari para dukun dengan harga yang mahal sekali. Dan para dukun mendapatkan api tsb dari petir atau dari gunung berapi, tapi para dukun tidak mau memberitahu bagaimana cara mengambil api dari petir dan gunung berapi. Jadi ketika si pengajar tiba di suatu desa di mana penduduknya belum diajarkan cara membuat api sendiri dengan peralatan sendiri, para penduduk yang diajarkan meragukan si pengajar api. Mereka sudah denger fatwa dari para dukun di satu pihak, tapi, di pihak lain hati kecil mereka sangat ingin bisa membuat api itu sendiri. Maka pengajar api itupun mengkonfirmasikan sambil berkata :"Percayalah kepada saya bahwa Api ini berasal dari Allah. Semua api berasal dari Allah, melewati aku. Jadi api yang kalian akan hasilkan berasal dariku yang berasal dari Allah" Karena dikonfirmasikan demikian, maka para penduduk desa itupun mempercayai si pengajar api itu dan belajar membuat api sendiri darinya tanpa rasa ragu lagi. Menjadi seorang theolog pun, menurut saya, adalah salah satu cara manusia mengikuti Kristus. (Lihat di posting sebelumnya). Tapi bukan satu-satunya cara tentunya. Paling tidak menjadi theolog adalah salah satu (dan bukan satu-satunya) step awal menjadi seorang rohaniwan kalo sang theolog ‘tidak memilih diam di tempat’. Tidak ada masalah menjadi seorang theolog - asal jangan sampai kebablasan. Kebablasan dalam arti bahwa seseorang menyadari bukan dirinya saja secara eklusif bisa ‘didatangi’ Roh Kudus. Atau representasi dari suatu Kebenaran Yang Sejati. Menyadari bahwa bila wangi bunga melati saja tidak bisa dideskripsikan ke dalam untaian kata-kata, apalagi Kebenaran yang tak terdefinisikan. Theologi harus disadari menjadi suatu disiplin ilmu untuk memahami Tuhan, bukan untuk mempelajari Tuhan. Dan bila seseorang theolog merasa sudah memahami Tuhan, dia harus ingat bahwa pemahaman itu adalah suatu disiplin ilmu dan bukan kebenaran karena ngak mungkin kebenaran dipahami oleh ilmu, oleh pikiran. Contradiction ? U bet that it’s contradicted. Kalo gitu untuk apa mempelajari sesuatu yang ’salah’ ??? Fenomena sama terjadi pada ilmu fisika. Fisika Newton itu sdh ketinggalan jaman dan ’salah’ bila dibandingkan dengan fisika quantum. Tapi untuk mempelajari fisika quantum, tiap siswa pasti belajar fisika Newton dulu. Kenapa begitu ? Saya pun tidak mengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H