Lihat ke Halaman Asli

Anand Krishna - Pemikiran dan Karya Nyatanya serta Tantangannya

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anand Krishna – Sang Fenomenal
Pemikiran dan Karya Nyatanya serta Tantangannya.

Terbaring lemah di RS Polri – Kramat Jati, Spiritual Lintas Agama Anand Krishna masih melakukan mogok makan memasuki hari ke-30 (7/4). Aksi mogok makan yang dilakukannya adalah sebagai bentuk perlawanan tanpa kekerasan terhadap kesewenang-wenangan hukum, dan upaya dirinya memecahkan kebuntuan dalam mencari keadilan di Indonesia. “Saya mogok makan bukan karena saya cengeng, tapi karena saya merasa hak asasi saya sebagai manusia tidak ditempatkan sebagaimana mestinya,” kata dirinya melalui pebintang sinetron Ayu Diah Pasha ketika mengunjungi Rutan Cipinang 14 Maret 2011 lalu.

Penulis produktif 140+ buku dalam kurun waktu 14 tahun ini didakwa pelanggaran atas Pasal 290 ayat 1 dan Pasal 294 ayat 2 ke 2 juncto pasal 64 ayat 1 KUHP tentang pelecehan seksual. Walaupun selalu mengikuti persidangan secara koperatif dan tak pernah absen sejak persidangan digelar Agustus 2010 lalu, tokoh spiritual ini tiba-tiba ditahan atas perintah Ketua Majelis Hakim Drs Hari Sasangka, SH, M.Humpada 16 Maret 2011lalu ketika proses sidang masih berlangsung mendengarkan kesaksian dari para saksi.

Anand Krishna lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 1 September 1956. Ayahnya, Tolaram berasal dari daerah Sindh (sekarang Pakistan). Kekerasan dan perpecahan di dalam keluarga besardan masyarakat Sindh karena perbedaan agama melahirkan negara Pakistan dan India. Tragedi ini membekas dalam hati Tolaram yang memutuskan untuk hidup di Indonesia karena falsafah Pancasila yang mengakomodasi perbedaan dan keberagaman. Trauma sang ayah kemudian ditularkan kepada Anand Krishna kecil. Sejak saat itu, ia bertekad untuk hidup berkesadaran dengan selalu mengapresiasi segala perbedaan dan keberagaman dengan sikap tanpa kekerasan serta menjunjung tinggi Kasih sebagai satu-satunya solusi (Love is The Only Solution).

Hidup berkesadaran berarti melampaui arogansi, dendam, kebencian, hujat-menghujat, mencari kesalahan orang, menjatuhkan orang, dan memberikan kesaksian palsu demi kepentingan pribadi untuk hidup bersama dalam masyarakat yang dapat menghargai perbedaan, keberagaman, melayani sesama, mencintai lingkungan hidup, berbhakti atau mempersembahkan jiwa dan raga untuk negara dan bangsa, serta turut serta memikirkan perdamaian dunia, dan lain sebagainya.

Sikap ini tercermin dalam karya nyata, ceramah-ceramah, dan tulisan-tulisan tentang kebahagiaan, perdamaian, cinta kasih, pengembangan diri, dan kesehatan holistik dalam buku-buku maupun artikel-artikel yang diterbitkan surat kabar lokal, nasional maupun internasional.

Untuk mewujudkan visi Satu Bumi Satu Langit dan Satu Umat Manusia, didirikanlah Anand Ashram Foundation dengan misi membentuk Masyarakat Yang Tercerahkan (Enlightened Society) berdasarkan Peace (Perdamaian), Love (Cinta Kasih), dan Harmony.

Dari pengalaman olahbatin pribadinya, Anand memperoleh pemahaman bahwa setiap manusia sebaiknya berdamai dengan dirinya sendiri dahulu dengan mengenali jati dirinya lewat pelatihan meditasi dan pemberdayaan diri. Kedamaian dalam diri yang tercipta, akan melahirkan cinta kasih dalam diri. Cinta Kasih inilah yang nanti secara otomatis akan meluap keluar dari dalam diri, dan menjadi penghubung alami antara satu hati dan jiwa seorang manusia dengan manusia lain. Inilah benang merah kasih yang dapat mempersatukan seluruh umat manusia tanpa bisa dihalangi oleh ketakutan, keserakahan, kecemburuan, keterikatan, maupun ketidakadilan. Bila peristiwa ini terjadi, maka kehidupan harmoni seluruh umat manusia akan terwujud dengan sendirinya.

Setelah berhasil mengatasi penyakit leukimianya di tahun 1991, Anand Krishna membuka pusat-pusat pelatihan meditasi dan kesehatan holistik dan merancang program-program pemberdayaan diri di Jakarta, Jogjakarta, Denpasar dan beberapa kota di Indonesia dalam naungan Anand Ashram Foundation. Program-program pemberdayaan diri ini dirancang sesuai untuk kondisi manusia Indonesia agar dapat memberdayakan dirinya untuk mencapai kesehatan holistik, membangun jiwa-jiwa manusia Indonesia agar hidup berkesadaran dan mencintai bangsanya, dan menjadi mandiri dalam arti tidak selalu tergantung dengan orang lain. Program-program ini dapat diikuti oleh siapapun juga, dari kalangan dan latar belakang manapun juga, serta sudah dinikmati hasilnya oleh jutaan peserta meditasi baik dalam negeri maupun luar negeri.

Sejak 2005, Anand Ashram Foundation juga melebarkan sayap aktivitasnya dalam bidang kebangsaan, ekonomi dan juga pendidikan sebagai perwujudan karya dan sumbangsih nyata bagi masyarakat luas, negara dan dunia. Dalam bidang kebangsaan, atas gagasannya bersama beberapa teman yang peduli dengan integrasi bangsa, didirikan National Integration Movement (NIM) yang berkampanye menggugah masyarakat Indonesia untuk selalu bersatu dengan damai dalam keberagaman menurut semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika untuk mewujudkan Indonesia Jaya.

Berdirinya NIM mendapat dukungan luas dari beberapa tokoh masyarakat saat itu dengan terwujudnya Simposium Nasional Pertama di Gedung Lemhanas Jakarta, pada 1 September 2005 yang dihadiri oleh Presiden ke-4 RI (alm) KHAbdulrahman Wahid, Menteri Pertahanan Prof. Dr. Juwono Sudharsono, Gubernur Lemhanas Muladi SH, Gubernur DKI Sutiyoso, Ir. DR.(HC). Siswono Yudohusodo, Rm Franz Magnis Suseno (Katolik), Pdt. Nathan Setiabudhi (Kristen), Budi Santoso (Konghucu), Adi Soeripto (Hindu), Bhikku Dhammasubho (Budha), HS Dillon, Slamet Rahardjo, Miranty Abidin, Bambang Harymukti, dsbnya serta dihadiri oleh lebih dari 1000 peserta umum.

Dalam bidang ekonomi, didirikan Koperasi Global berdasarkan konsep ekonomi kerakyatan yang dirancang Bapak Koperasi Indonesia Muhammad Hatta. Dan dalam bidang pendidikan, bersama teman-teman yang punya kepedulian sama dalam memajukan pendidikan di Indonesia, maka dibentuk Forum Kebangkitan Jiwa (FKJ), Institut Pendidikan Holistik, Forum Pengajar, Dokter dan Psikolog Bagi Ibu Pertiwi, serta Yayasan Pendidikan yang mendirikan sekolah interfaith pertama di Indonesia yang mengajarkan sejarah perkembangan agama-agama besar di dunia.

Atas karya-karya nyata Anand Ashram Foundation dalam mengkampanyekan perdamaian, pelestarian lingkungan hidup, dan keharmonisan di muka bumi ini, maka Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui Departemen of Public Information (DPI) memberikan status afiliasi pada 15 Desember 2006 lalu. Status afiliasi ini adalah bentuk pengakuan resmi dunia internasional bagi persamaan visi dan misi Anand Ashram Foundation dengan PBB.

Sumbangsih dan karya nyata tokoh lintas agama ini juga dirasakan masyarakat Indonesia dengan terbitnya buku-buku karyanya yang berisikan ulasan apresiasi dan terjemahan kebijaksanaan budaya lokal Nusantara seperti : Wedhatama, Sutasoma, Niti Shastra, pemikiran Soekarno, pemikiran Ronggowarsito, The Wisdom of Bali, dll.

Atas pemikiran, tulisan, dan kegiatan-kegiatannya ini, bapak dari 2 anak ini, sempat dianugerahi Penghargaan Professional Excellence, berupa Cultural Doctorate in Sacred Philosophy dari World University, Desert Sanctuary Campus, Benson, Arizona pada 10 Maret 1999. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya Agustus 2009, Parliament of the World’s Religion juga mengangkat dirinya menjadi Ambassador dimana kemudian Ia memaparkan tema : “Mengapresiasi dan Membudayakan Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila untuk Mengatasi Radikalisme Agama di Indonesia" pada forum Parliament of World’s Religion di Melbourne, Australia, 3-9 Desember 2009 lalu.

Selain itu, ia juga pernah menghadiri Konferensi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Tahunan ke-60Perubahan Iklim (60th Annual DPI/NGO Conference) di Markas Besar PBB di New York, Amerika Serikat, 5 – 7 Sep 2007, menjadi pembicara dalam dialog dengan tokoh masyarakat lintas agama Singapura di Masjid Ba’alwie (17-18 Des 2007), pembicara utama di Conference on Sufi Movements in Contemporary Islam, Singapura yang diselenggarakan oleh National University of Singapore (NUS) dan Institute of South East Asia Study (ISEAS), 14-15 Agustus 2008, dan salah satu pembicara di Konferensi Air di Earth Diaques on Water Planet, Belo Horizonte, Brazil (26-28 Nop 2008). Konferensi ini disponsori oleh Green Cross International & Green Cross Brazil, Government of Minas Gerais-Brazil, dan Renato Azerto Foundation.

Tidak berhenti pada pemikiran saja, Ia juga berupaya mewujudkan pemikirannya dalam bentuk kegiatan-kegiatan, seperti Intenational Bali Meditator’s Festival (IBMF) yang rutin diadakan setiap tahun sejak 2 tahun lalu di Ubud Bali, Kampanye Perdamaian dalam bentuk Olahraga Tertawa di Jakarta, Denpasar, dan Jogjakarta, Simposium Kebangsaan, Seminar Pendidikan, Workshop Kepemudaan, dsbnya.

Kevokalan dan kebulatan hatinya dalam menyuarakan ketidakadilan, diskriminasi, pluralisme, nilai-nilai kemanusiaan, persatuan dalam keragaman, perdamaian dunia, dan pelestarian lingkungan, tidak hanya menggugah banyak orang untuk memperbaiki kehidupan berdasarkan nilai-nilai universal kebijaksanaan, tapi juga menuai kritikan keras dan reaksi dari kelompok-kelompok yang tidak memahami garis perjuangannya.

Pada tahun 2000, ada sekelompok orang yang pernah mempersoalkan pemikirannya yang dituangkan dalam beberapa bukunya yang diterbitkan luas oleh salah satu penerbitan buku terbesar di Indonesia. Akibatnya beberapa bukunya terpaksa ditarik dari peredaran umum walaupun secara resmi tidak pernah dilarang oleh pemerintah. Ini adalah keputusan hasil dialog dan silaturahmi antara dirinya dengan kelompok yang mencoba memberangus pemikirannya. Ia selalu berusaha untuk menemui orang-orang yang memperkarakan dirinya dan pemikirannya, agar tercipta dialog dan saling memahami satu pandangan dengan pandangan lain tanpa melibatkan aksi kekerasan. Walaupun cara-cara ini tidak selalu berhasil meredam kegalauan kelompok-kelompok yang tidak suka dengan cara pemikirannya, tapi ia selalu meyakini bahwa upaya tanpa kekerasan dan Cinta Kasih adalah solusi tunggalnya.

Sayangnya, tuaian kritik dan aksi-aksi intimidasi tidak berhenti begitu saja seiring dengan semakin nyaringnya Anand menyuarakan kebangsaan, perdamaian dan nilai-nilai kemanusian di ranah publik seperti tulisannya di media-media nasional dan internasional ataupun ceramah-ceramahnya di berbagai kesempatan, atau membongkar ketidakadilan dan pembodohan masyarakat secara struktural denganbersuara keras.

Berbagai upaya dilakukan beberapa kelompok penentangnya untuk membungkamkan suaranya dan mengkerdilkan pemikirannya dalam menyuarakan keadilan, pluralisme dan persatuan, termasuk menggunakan para mantan peserta meditasi yang pernah mengikuti program-program rancangannya.

Termasuk salah satunya, Kasus Hukum Pelecehan Seksual terhadap dirinya yang sekarang sedang berlangsung di PN Jakarta Selatan. Proses Hukum yang berlangsung tidak fair dan tidak jujur ini membuat dirinya melakukan Aksi Mogok Makan yang tertujuan bukan saja memprotes penahanan terhadap dirinya, tapi juga mempunyai tujuan yang lebih tinggi agar tak ada lagi anak-anak bangsa yang dizolimi seperti dirinya oleh sistem hukum di Indonesia.

Dalam release yang dikeluarkan, ia menulis, “Tujuan saya mogok makan agar supaya negara dan bangsa ini bisa menilai bagaimana keadilan dan hukum masih bisa dipermainkan oleh orang-orang yang memiliki jabatan dan semata-mata dengan alasan “wewenang kami.”

Anand Krishna ditahan dengan surat penetapan penahanan yang dianggap banyak pakar hukum sebagai surat yang cacat hukum. Karena itulah, pihak kuasa hukumnya mengadukan masalah ini ke Ketua PN Jakarta Selatan, Mahkamah Agung (MA), dan Komisi Yudisial (KY) untuk mengganti Ketua Hakim Majelis yang mengadili dirinya.

www.freeanandkrishna.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline