Lihat ke Halaman Asli

Senyuman Pelangi

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1412207555475061442

Pelangi adalah lambang dari harapan, kata mu. Aku percaya itu. Aku bergidik ngeri saat hujan turun di malam hari. Gelap. Pelangi tak pernah datang dari hitam yang akromatik. Tak ada harapan. Sisa-sisa hawa dingin yang tertinggal membuat hening yang menenangkan malah jadi mengerikan.

Pagi baru mulai. Hujan turun lagi tanpa peduli. Bumi yang belum sepenuhnya kering kembali basah. Genangan air terlihat di setiap cekungan yang ada. Hujan yang terus turun membuatnya meluap dan mengalir mencari jalan keluar setelah gagal meresap ke dalam tanah. Hujan lalu berhenti. Langit masih mendung. Gerombolan awan hitam menghalangi kehadiran matahari. Tak ada pelangi. Sia-sia aku menanti kehadiran lengkung cahaya warna warni itu. Sudah seminggu ini hujan turun tanpa memberi jeda panjang bagi kita untuk melangkah lebih jauh dari rumah.

“Alam benar-benar tak dapat dimengerti,” keluh ku pada mu.

“Kita lah yang seharusnya bersabar Gus, bukan kah ini lebih baik ketimbang siang panas yang berdebu ?” kata mu.

Pelangi yang dinanti akhirnya muncul. Kau tersenyum sumringah. Bumi yang basah perlahan mulai mengering oleh hangatnya cahaya mentari yang muncul setelah absen beberapa hari terakhir. Langit biru sempurna. Mentari telah condong ke barat. Sudah lewat tengah hari.

Lihat, bagus kan ? Tidak sia-sia bukan kita menunggu seminggu terakhir untuk momen ini ?”

Pelangi yang bagus,”kata ku tanpa menatap langit.

Lengkung merah muda pucat di wajah mu lebih menarik hati ku ketimbang lengkung polikromatik di atas sana. Terlalu lama menatap mu tak baik, itu bisa membuat perasaan ini mudah kau tebak. Itu tak baik. Kau sahabat ku. Aku ingin kau tahu kau berarti lebih dari sekedar sahabat bagi ku. Ada tempat istimewa di hati yang selalu bisa kau isi kapan pun kau. Sayangnya tak siap kehilangan mu hanya karena penolakan atas tiga kata konyol yang selalu ingin ku katakan pada mu. Aku cinta kamu.

Menjadikan mu sahabat adalah cara terbaik agar tidak kehilangan diri mu. Kau benar-benar seperti pelangi, hadir sebagai pertanda berakhirnya hujan dan hawa dingin. Indah namun terlalu tinggi untuk digapai.

Kita begitu dekat tapi ketakutan ku yang besar membuat jarak yang kadang hanya beberapa inchi itu jadi teramat jauh.

“Jalan-jalan yuk.”

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline