Lihat ke Halaman Asli

Puasa Bagian dari Doa

Diperbarui: 11 Desember 2016   11:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: studiesshow.us

Beberapa orang punya sebuah tujuan yang mereka impikan sampai terbawa tidur hingga jadi bunga tidur, ada yang ingin menjadi ini itu,ada yang ingin ini itu dan ada pula yang mau tidak mau harus tercapai tujuan tersebut. Dalam berbagai usaha setiap orang punya caranya masing masing dalam meraih apa yang ingin dia capai, misalkan saja dengan usaha kerja keras tanpa lelah tanpa henti dan terus termotivasi oleh tekad, dan ada pula yang ber tawakal kepada Tuhannya masing masing. Banyak orang yang sudah mengetahui bahwa kaum masyarakat Jawa / Kejawen identik dengan Tirakat atau yang biasa dikenal dengan Prihatin. Tirakat atau Prihatin sendiri merupakan suatu usaha kebatinan kita untuk lebih memantapkan apa yang sedang kita tujukan dengan lebih memfokuskan tujuan kita dari pada diri kita sendiri. Lantas apa hubungannya Tirakat Kebatinan dengan "Puasa Bagian Dari Doa" ?

Puasa adalah aktivitas 'Menahan' dengan simbolik yaitu menahan hawa lapar dan haus, namun dengan makna yang lebih luas yaitu menahan dari segala hawa nafsu yang jika kita turuti akan berdampak kurang baik terhadap diri kita atau kepada lingkungan. seorang intelek religi , budayawan , sastrawan  Emha Ainun Nadjib atau biasa orang menyapanya dengan panggilan akrab Cak Nun juga sempat menjelaskan puasa yang kurang lebih,

 "Puasa itu tidak hanya dibulan suci Ramadhan,namun seharusnya kalau mampu setiap hari kita harus berpuasa,bentuk puasa sendiri tidak harus  selalu  menahan lapar dan haus,menahan apa yang sebenarnya kita inginkan dan melakukan apa yang kita tidak suka / inginkan itu sudah termasuk puasa." (mohon maaf jika ada kesalahan kata)

Tirakat berkaitan erat dengan puasa, tirakat oleh sebagian orang dianggap suatu hal yang berat untuk dilakukan orang orang biasa maka tirakat sendiri dianggap sesutu yang spesial dan hanya orang yang berfokus yang mau dan mampu melaksanakannya. namun jika puasa orang menganggap nya sudah biasa dan setiap tahun di laksanakan satu bulan pada bulan suci ramadhan, padahal hakekatnya puasa untuk melatih kita dan BUKAN formalitas syariat belaka, maka seharusnya kita juga mengaplikasikan dalam keseharian kita juga, Namun juga tidak dupungkiri kita semua termasuk saya juga masih belajar dalam ilmu 'menahan'.

Semisal kita sebenarnya bisa mengambil kesempatan dalam mendapatkan sesuatu,namun kita menahan untuk tidak mendapatkannya saat itu juga, itulah contoh kecil dari pengaplikasian puasa pada kehidupan sehari hari. Lalu kemudian Puasa Bagian Dari Doa , doa sendiri adalah permohonan kita kepada Tuhan , Tuhan Maha melihat , maka secara langsung Tuhan pun tahu doa kita ini sungguh sungguh atau sekedar kata kata. Ibarat jual beli , kita mau mengorbankan apa untuk mendapatkan apa yang kita inginkan ? Tuhan juga maha Adil , kita diberi porsi sesuai dengan apa yang sudah kita korbankan.

Namun dewasa ini banyak pula orang yang sudah lupa akan 'menahan' , membicarakan dalam konteks Tirakat , esensi Tirakat sendiri sebenarnya harus dirahasiakan dari orang orang luar, kalau bisa jangan sampai orang luar mengetahui apa yang sedang kita lakukan dan apa yang sedang kita tujukan, beberapa orang sekarang malah lebih senang mengumbar apapun yang menjadi tujuan dan impian mereka , namun pada kenyataanya usaha yang kurang begitu maksimal sudah dibanggakan dan dijadikan cermin penyilau untuk orang orang disekitarnya.

Menahan untuk tidak mengumbar apapun yang ada dalam pikiran kita juga termasuk doa,dan bermanfaat untuk menambah fokus kita terhadap apa yang sedang kita kerjakan atau tujukan, banyak sekali bentuk bentuk Puasa dan Doa , dan kita juga sudah seharusnya mereferensikan semua itu dari ke - Tuhanan kita, bahwa biarkan Tuhan kita saja yang tahu apa yang sedang kita usahakan dan kita inginkan. semoga dari tulisan yang kurang berkualitas dan sedikit abstrak ini ada pembelajaran atau sekedar manfaat yang bisa dipetik. Sekian dan terimakasih.

(Mohon pula kritik dan saran atau jika ada salah mohon untuk dibenarkan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline