[caption id="attachment_102183" align="alignnone" width="150" caption="korupsi"][/caption] Kesibukan, begitulah selalu yang kita jadikan alasan jika lama tak bertemu. Demikian juga saya. Pekerjaan kantor, membuat lagu, kadang membawakannya di panggung-panggung, belum lagi melayani keluarga, benar-benar menyita perhatian saya, sehingga lama tak menulis di Kompasiana. Kangen juga rasanya dengan kawan-kawan di sini, ada Om Jay, Linda Djalil, Pak Pray, Pak Slamet Raharjo yang bukan sutradara film itu, jeng Rien, jeng ML (hmmm.. nama yang saya suka nih, hehehe), dan lain-lain... semoga kita sekalian senantiasa diberkahi kebaikan oleh Pemilik Segala Kebaikan. Meski lama tak sua, tapi saya yakin, apa yang kita pikir dan rasakan tetap sama. Kita semua sama-sama melongo dengan kekayaan si sexy Melinda Dee. Pingin rasanya, jika Melinda berbaik hati memberikan salah satu mobil mewahnya, saya akan ajak Om Jay keliling kota, sambil membiarkan kaca mobil terbuka lebar supaya setiap orang yang berpapasan memandang takjub kepada kita Om... Tentu, saya juga akan ajak Pak Slamet Rajardjo untuk turut serta, supaya kita bisa menari dan bernyanyi bersama menirukan gaya Briptu Norman, "chaiya chaiya..." Kalau Om Jay dan Pak Slamet tak keberatan, saya juga akan mengajak jeng ML. Lah, kalau sama jeng yang satu ini, mobil akan saya arahkan lajunya ke arah Pantura. Tahu kenapa soalnya? Saya kepingin menulis bersama jeng ML tentang perempuan-perempuan Pantura yang memiliki pandangan liberal tentang sex. Dekatkan kuping Anda Om Jay, sini saya bisikin, 'konon, di antara perempuan-perempuan itu bisa diajak tidur meski telah bersuami.' Nah, saya dan ML akan wawancara suami-suami mereka, seperti apa perasaannya ketika tahu istrinya diajak tidur sama lelaki lain. Apa kabarmu kawan-kawan di Minggu sore ini? Adakah kalian seperti saya juga, kian dungu memahami peristiwa demi peristiwa yang mampir dalam kehidupan bangsa ini. Gayus, Melinda, Nurdin, Wagub Jabar yang pindah partai, museum Kerinci yang didirikan di Malaysia, dan terakhir bom bunuh diri yang meledak di Masjid Adz Zikro, Mapolresta Cirebon. Rasanya sudah habis perbendaharaan pertanyaan kita kepada pengelola negara, sampai kita bingung dengan bahasa apa lagi kita bertanya, supaya mereka mengerti, betapa kehidupan terasa kian menyesakkan dada. Ah, sudahlah, yang penting kita masih menyisakkan akal waras kita untuk tetap bertegur sapa dan berdoa, serta membantu sesama yang memerlukan bantuan kita. Untuk kita semua... salam, selamat... selamat... Ciledug, minggu sore, 17 april 2011
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H