Pagi baru telah tiba, Karis bersemangat dan penasaran akan reaksi teman-temannya melihat ia belum dikeluarkan sekolah. Karis menyiapkan payung karena ia dengar hari ini akan hujan, dan pergi ke sekolah dengan riang dan gembira. Percaya diri ia bisa melakukan semuanya dan mulai berniat mencari bukti tentang Medi. Saat sampai di sekolah dan naik tangga, ia melihat seorang pengemis duduk di pojokan. Karis tak tega kemudian memberikan sedikit uang kepada sang pengemis dan duduk di kelas dengan santai, melihat teman-temannya belum sadar ia masih disini. Tetapi setelah banyak orang sampai, Karis melihat bahwa mungkin tidak ada yang sadar, atau mungkin tidak ada yang peduli, tetapi ia tidak terlalu memikirkannya. Saat bel sudah berbunyi, Medi merusak dan memindahkan meja, Karis memarahi dan membantu membereskan meja kursi tersebut, sambil tentunya, mengejek :"Apa kabar Medi~". Medi menghiraukan kemudian kembali menunggu pembelajaran untuk mulai, menunggu kedatangan murid lainnya. Pak Yoo berkata :"Aduhh ini anak-anak mau dihukum lagi kah? Yang telat-telat ini? Yasudah deh kita sambil nunggu gurunya" sebagai niatan bercanda. Murid lain mengingatkan bahwa Pak Yoo adalah gurunya, dan kemudian ia bergegas ke depan kelas.
Pembelajaran akhirnya dimulai, Pak Yoo mengaku bahwa ia sebenarnya agak males mengajar jika semua murid berlum berkumpul disini (Jeje, Kai, Andrian, Langit, dan lainnya), tetapi karena mereka belum datang juga, maka Pak Yoo memutuskan untuk menghukum mereka saja nanti. Medi kemudian bertanya kepada Pak Yoo, sambil bangun dari tempat duduknya :"Pak, kenapa anak itu masih ada di kelas?!" Ia terdengar marah. "Maksudmu, di Karis?" Tanya Pak Yoo memastikan, ia tertawa sedikit dan tiba-tiba datang Andrian ke kelas, Pak Yoo dialihkan perhatiannya oleh Andrian, menyuruhnya meminta maaf karena kemarin bolos, serta menyuruhnya untuk membersihkan kelas dan sekolah nanti. Tetapi, menurut Pak Yoo kelas unggulan ini adalah kelas yang solid, maka Pak Yoo berkata bahwa satu kelas ini akan membantu Andrian untuk membereskan kelas di pembelajaran kedua. Sebenarnya terlihat dari ekspresi mereka, mereka tidak rela, tetapi tentunya, mereka tidak punya banyak pilihan. Tak lama Jeje dan beberapa murid lain mulai berkumpul di kelas. Pak Yoo kembali lagi ke Medi, berterima kasih karena sudah mengingatkan, dan mengumumkan :"Si Karis ini, kan kemarin bapak bilang mau dikeluarin, tetapi karena ada hal itu hal ini, pengeluarannya di tunda dulu ya untuk pengeluaran Karis, sampai ada pemberitahuan lebih lanjut apakah Karis beneran di keluarin atau dia tinggal di sekolah". Karis dituduh menyogok oleh Jeje, tetapi Karis tertawa ringan dan mengejek Jeje karena keberadaannya di sekolah hari ini. Medi tidak terima, mengingatkan kembali :"Dia udah mukul saya pak, d-dia harus di keluarin!". "Hhaahaha! Kenapa sih Med, kok lu panik gitu gw ga dikeluarin dari sekolah?" Kata Karis mengejek dari tempat duduknya. Pak Yoo menenangkan mereka dan menasihati Medi :"Kamu ya Medi, kamu harus kasih saya bukti dong kalo kamu dipukulin, nanti kalo misalnya ingin tanya-tanya lagi, kamu bisa cari waktu ketemu saya di ruang guru". Medi terus mencoba, tetapi Pak Yoo berkata bahwa pembelajaran ini akan dimulai. Pembelajaran pertama adalah pembelajaran yang santai, Pak Yoo hanya akan menanyakan pertanyaan simpel pada murid-murid, dan mereka harus mencoba menjawab.
Setelah beberapa pertanyaan dan jawaban konyol lewat, pembelajaran akhirnya selesai dan istirahat dimulai. Karis kemudian pergi ke perpustakaan untuk mencari bukti, mencari data tentang Medi. Ia sesampainya disana, mencoba cari, tiba-tiba ada yang datang. "EH BR3NGS3K" Medi memanggil Karis dan bertanya :"Apa yang lu lakuin? Kenapa lu masih bisa ada disini?". Karis tertawa. dan menjawab dengan sombong :"Oh soal itu, gua pikir apa. Gini ya Med, kalo lu mau keluarin gua dari sekolah ini, lu perlu usaha yang lebih". Medi tak terima menyatakan kembali :"Lu liat aja, gua pasti bakal bikin lu keluar dari sekolah ini... bukan, dari KOTA INI!". Karis sudah tau unek busuknya berkata :"Kenapa sih Med, kok lu kek panik gitu sih? Lu takut ya kebusukan lu gua bongkar sampe satu-persatu, semua sekolah tau semuanya". "Hahah...Terus bermimpi ris, lu emang bisa apa? Lu gatau kan, bapak gua donatur terbesar di sekolah ini? Pak Yoo pasti bakal mihak gua" Kata Medi mencoba meyakinkan Karis bahwa ia tidak bisa apa-apa. Karis tertawa, berkata ia tidak berfikir begitu :'Oh, masa sih? Pak Yoo? Mihak lu? Kemarin Pak Yoo malah kasih kesempatan ke gua buat buktiin semua kebusukan lu". Medi terdiam, tidak tau apa yang harus dikatakan. "Kenapa Med? Kaget? Lu cari masalah ama orang yang salah" Kata Karis membuat Medi tertawa, Karis mengira ia sudah gila tertawa sendiri. "Heh, engga. ENGGA. Lu ngomong sesuatu yang lucu. Emangnya kalo lu udah ada bukti, lu bisa apa? Lu tuh sendiri di sekolah ini, di kota ini! Lu ga punya apa- apa, gapunya siapa-siapa! Gabakal ada yang bela lu" Medi meremehkan Karis. "Gua bakal bawa perkara ini ke polisi. Lu pikir gua takut buat bawa semua ini ke kepolisian? Lu mungkin punya orang dalem di sekolah ini, tetapi gua punya orang dalem di kepolisian". Medi kembali meremehkan Karis, apa yang bisa ia lakukan? "Ya kita liat aja sih Med, waktu lu di luar jeruji, bisa dihitung pake jari" Kata Karis sambil meninggalkan Medi untuk pergi ke kantin dan jajan bekalnya. Ia duduk dan makan, tetapi saat makan, Kai menghampiri dan berkata bahwa ia ingin berbicara dengannya. Kai mengajak Karis pergi ke lapangan tengah, dimana ia berkata bahwa ia ingin menembak Alana. Karis agak kaget, Kai bertanya jika ia akan diterima atau tidak, dan tentunya Karis berkata bahwa ia akan ditolak oleh Alana. Karis bertanya apakah ia sudah berubah, Kai berkata bahwa ia sudah berusaha, walau begitu Karis berkata bahwa usaha tidak cukup. Kai kemudian mengajak Karis bertengkar, jika ia menang, ia akan menembak Alana sepulang sekolah. Karis kemudian baku hantam tangan kosong dengan Kai yang membawa tongkat golf, dan bisa-bisanya Kai tetap kalah. Karis kemudian merasa bersalah dan membantu Kai bangun. Kai berkata ia akan tetap menembak Alana, Karis yang bingung pun memberi pesan :"Kalo lu diterima, jaga Alana baik-baik. Kalo lu ditolak, gua harap lu jadi orang yang lebih baik. Jangan sampai perubahan lu sementara doang". Kai mengeluh bahwa pesannya terlalu banyak, tetapi Karis berkata bahwa ia ingin lanjut makan. Sambil makan, ia kembali berfikir akan tingkah Kai, berharap semua yang terjadi adalah yang terbaik. Setelah selesai makan, ia mencoba mencari bukti di perpustakaan lagi. Karis menemukan data beberapa guru lama dan sekarang. Ia menemukan guru bernama Fred dengan semua keterangan lengkap. Setelah itu menemukan data Pak Yoo, tetapi Karis tidak menemukan informasi yang lengkap, menjadi semakin bingung, Karis kemudian ingin pergi ke Bintang saja menanyakan Langit.
Saat bel berbunyi, Karis izin pada Pak Yoo mengajak Bintang mengobrol di luar sebentar. Bintang berkata bahwa ia tidak tau Langit kemana, dari pagi Bintang tidak melihat Langit pagi ini. Karis semakin bingung dengan Bintang, menggali hal-hal aneh terjadi di rumah dia, mobilnya hilang, dirinya sudah tidak ada pada pagi hari. Sampai akhirnya mereka kembali ke kelas untuk membersihkan bagian sekolah yang kotor. Jeje mengejek dan menginjak-injak sampah beresan Karis, Karis memarahi Jeje menyuruhnya bekerja, tetapi Jeje hanya melompat kesana-kesini. Karis harus menahan diri, mengingat perjanjiannya dengan Pak Yoo. Setelah selesai membereskan, Karis duduk menunggu Pak Yoo. Pak Yoo berkata, karena Karis dan Klara telat kemarin, mereka harus membersihkan parkiran juga, Alana meminta untuk ikut membantu. Mereka bertiga kemudian menuju ke parkiran untuk membersihkannya. Klara terlihat lemas di dekat Karis, tak lama datang Jeje membawakan Klara makanan. Karis bertanya mengapa ia ada disini, Jeje berkata bahwa ia hanya ingin memberikan makanan pada Klara, Karis tak percaya pun berkata bahwa Jeje pasti ada maunya.
"Karis kok kamu ngomongnya gitu sih sama Jeje? Dia akan maksudnya baik, kasih makanan dan mau bantuin juga!"
"Ra, ra, lebih baik kamu jangan deket-deket sama Jeje. Kamu tau kan si Jeje orangnya gimana"
"Emang gua gimana hah?" Jeje bertanya
"Eh lu sadar diri deh, lu itu pembully, malas belajar, hidupnya gabener, Klara bisa rusak kalo temenan ama lu!"
"Karis, kamu jangan ngomong gitu ya sama Jeje, Jeje tuh ga kayak yang kamu omongin. Justru dia tuh baik kemarin dia nolongin aku. Malah kamu tuh, kemarin katanya mau ketemu aku tapi gapernah dateng, aku kemaren diserang sama preman. Dia kayaknya mau culik aku, untung ada Jeje, kalo gaada aku gatau nasib aku kek gimana" Klara menceritakan kemarin, Karis bingung karena kemarin ia mencoba meyakinkan Pak Yoo untuk tidak mengeluarkannya dari sekolah.
"Hah? aku gapernah manggil kamu ra!"
"Ah bohong lu ris, ngaku aja lu, lu niat nyulik Klara kan? Untung ada gua kemarin" Kata Jeje sombong
"Eh, lu jangan fitnah-fitnah gua ya, gua gapernah manggil Klara. Ini pasti kerjaan lu nih, lu pasti yang rencanain ini semua kan, ngaku lu!"
"Cukup ris, aku ga nyangka kamu orangnya kek gini. Mana mungkin si Jeje yang rencanain hal kayak gitu! Justru dia yang nyelamatin aku kemaren"
"Lho ra, kok kamu lebih belain Jeje daripada aku? Itu udah pasti ulah Jeje! Kamu jangann B3go lah ra!" Kata Karis marah.
Alana mencoba untuk menghentikan pertengkaran mereka :"Udah jangan dilanjutin lagi!"
"Gabisa na, gua udah muak, Klara harus sadar kalo dia itu lagi di bego-begoin sama Jeje"
"hah... Iya iya aku emang bego ris! Kenapa? Emang kamu yang paling pinter ris. Sok paling bener, yang lain pasti salah" Klara mulai marah, tidak terima dikatai "bodoh".
"Ya memang aku bener! Kamu tuh aneh, kenapa kamu lebih bela Jeje daripada aku? Padahal aku yang selalu ad adan bantuin kamu dari dulu" Karis tak mau salah
"Hah Karis, aku kecewa berat sama kamu. Kalo emang selama ini kamu ga ikhlas bantuin aku, lebih baik kamu gausah bantuin aku lagi"
"..... POINNYA BUKAN ITU RA! KENAPA SIH KAMU GABISA NGERTI?"
"Iya ris, aku yang selalu salah, kamu yang selalu bener, aku yang b3go, kamu yang pinter.. Lebih baik kita gausah berteman lagi, jangan pernah ngomong ama gua lagi" Klara terlihat tidak ingin mendengar dari Karis lagi.
"Terserah kamu lah ra, aku cape. Kalo kamu emang lebih percaya sama monyet sampah itu., silahkan aja ra. Gua udah muak" Kata Karis sambil pergi meninggalkan mereka. Alana mengejar untuk mencoba menenangkan Karis :"Ris, Karis! KARISMA SETYAPUTRA! Lu harus lebih tenang, lu harusnya ga ngomong kek gitu ke Klara". "Oh bagus, jadi maksud lo gua yang salah na?" . "Ris, tenang, yang Klara omongin itu ga salah, Jeje itu ga seperti yang lu omongin". Karis mengira Alana lebih membela Jeje juga, Alana berkata ia tidak mau mereka bertengkar, tetapi Karis berkata :"Gua tanya sama lu, kemarin pulang sekolah gua ngapain?....". Alana menjawab singkat :"Ketemu Pak Yoo...". Karis kembali bertanya :"Ada LU ga disana?". Alana terdiam dan berkata :"Ada. Tapi itu tuh ga nunjukin kalo kejadian Klara itu Jeje yang rencanain ris, bisa aja orang lain. Jeje gamungkin setega itu untuk relain nyawanya Klara! Jeje tuh baik ris". Karis tak terima pembelaan Alana kemudian berlari menjauhi Alana, berkata emang disekolah ini ia sendiri, gaada yang membelanya :"Gua pikir gua punya temen, ternyata gua salah". Karis pergi ke lapangan belakang di sekolahnya, menangis, berteriak, memikirkan apa yang harus dia lakukan, bingung siapa lagi yang harus ia percaya, tenyata semua orang yang telah ia percaya sama saja. "Nok, kenapa lu pergi nok? Gua bener-bener kehilangan segalanya. Gua harus apa? Satu-persatu teman gua, Langit, Inok, Medi, Klara, Alana, gua pikir awalnya kita bisa berteman. Langit, kenapa lu ninggalin gua? Kenapa lu jadi asing? Apa maksud lu jangan latihan lagi sama lu... Gua pikir kita sahabat. Medi, lu nolongin gua di hari pertama ketika gua gatau ruang guruu dimana, tetapi kenapa lu terobsesi sama cinta lu. Lu gabisa berfikir jernih sampai kita gabisa berteman, dan lu jadi jahat. Klara, kita sudah dekat, dukunganmu kemarin kepadaku memberikanku semangat dan harapan, tetapi mengapa ra? Membela Jeje, yang merupakan musuh gua, yang membuat ini semua terjadi. Alana, gua pikir lu bestie gua, gua dukung saat gua pengen dikeluarin dari sekolah, tetapi kenapa lu lebih ngebela Jeje juga? Apa gua yang salah disini? Gua hanya mau ngelindungin mereka dari Jeje, karena gua tau Jeje itu pengaruh yang buruk! Tuhan, aku gatau lagi apa yang harus ku perbuat, aku serahkan semuanya KepadaMu". Karis pergi masuk kembali ke sekolah, pergi ke loteng. Dari kejauhan ia mulai bernafas dengan keras dan berlari ke pagar hampir melompat, tetapi ia tidak bisa. Ia mulai menangis disana, menyadari ia pecundang, pengecut, bahkan untuk lompat ia tidak berani. Air matanya dihapus, kembali ia turun kebawah. Menyadari kesalahannya untuk kabur dari masalah, ia pergi ke taman asrama, tempat dimana ia dan Klara bolos kemarin. Ia membeli eskrim dan melanjutkan :"Padahal baru kemaren ya ra, kita bercanda tawa disini, eskrimmu sampe jatoh waktu itu. Jujur ra, dukunganmu itu sangat berarti buat aku, makanya aku ga kuat ra, ketika liat kamu lebih belain dia daripada aku. Ra, jujur, gua ada perasaan sama kamu, perasaan yang terpendam, tapi kurasa, perasaan itu akan terus terkubur selamanya bukan? Makasih ya ra, udah jadi kenanganku. Kenangan terindah". Karis meletakkan eskrim yang ia beli di tempat duduk Klara dan pergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H