Lihat ke Halaman Asli

Politik Kantor: Fakta atau Fiktif?

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam suatu gedung perusahaan yang megah, berkumpullah sejumlah anak-anak "fresh graduated" yang memiliki semangat serta cita-cita setinggi langit. Mereka berkumpul membicarakan impian masing-masing, juga kegembiraan mereka berada di perusahaan tersebut. Selama satu bulan lamanya, mereka mendapatkan pendidikan "pra-on job training" sebelum mereka terjun ke dalam dunia lapangan. Selama berada dalam masa pendidikan, yang mereka peroleh adalah pembentukan pola pikir dan paham yang sejalan, sevisi dan semisi dengan perusahaan tempat mereka bernaung. Semua sangat bersemangat, bahkan sangat bangga dengan nilai-nilai yang dimiliki perusahaan ini, karena sangat mementingkan kesejahteraan karyawannya, dan sangat peduli akan sisi kemanusiaan.

Ketika sudah memasuki batas "jatuh cinta" terhadap perusahaan ini, akhirnya sejumlah anak ini harus dihadapkan pada satu kondisi yang diluar perkiraan mereka. Ya, pada masa "on job training", ternyata yang akhirnya menjadi pimpinan mereka, adalah orang-orang dari perusahaan besar lain, yang dibajak untuk menjadi pimpinan, maupun senior mereka. Merasa tidak pernah mendapatkan kata "Senioritas" dalam masa pendidikan, merasa bahwa nilai-nilai yang diajarkan , serta budaya yang ditanamkan sejak awal sangat berbeda dengan orang-orang yang datang dari perusahaan lain tersebut, anak-anak tersebut hanya bisa terdiam dan memaksakan diri tunduk pada otoritas yang ada.

Semakin lama, semakin terasa perbedaan budaya yang ditanamkan pada mereka dengan pimpinan-pimpinan tersebut. Semua terasa semakin menekan, namun karena rasa cinta dan loyal terhadap nama perusahaan yang menaungi, mereka tetap berusaha memberikan yang terbaik. Perlahan demi perlahan, semua mulai terlihat, menyatukan dua kepala dari dua perusahaan yang berbeda budaya dan visi misi, membuktikan ketidak sepahaman antara seluruh bagian perusahaan, terutama bagi anak-anak training tersebut.

Setiap kali membuat suatu pekerjaan, setiap kali itu juga ada perbedaan pola pandang dalam menentukan pekerjaan ini sudah baik atau belum. Namun, apa mau dikata posisi anak-anak tersebut sangat riskan. Akhirnya anak-anak itu sadar, bahwa saat ini mereka ada di dalam dunia nyata. Dimana setiap orang saling unjuk gigi, untuk membuktikan siapa yang terbaik. Kacamatanya adalah si perusahaan yang merekrut semua anak-anak ini, termasuk para pimpinan yang berasal dari perusahaan besar lainnya, mereka terus memantau siapa sesungguhnya yang layak disebut loyal dan melakukan yang terbaik bagi perusahaan. Perkaranya adalah, anak-anak ini dianggap junior, dan nilai-nilai idealis mereka dalam mengerjakan suatu pekerjaan selalu berbenturan dengan keinginan pimpinan mereka tersebut.

Pernahkah anda merasa akrab dengan kata "Politik Kantor"? Judul di atas pasti tidak asing lagi bagi setiap orang yang merasa bekerja di suatu perusahaan. Apalagi bagi mereka yang bekerja di suatu perusahaan besar. Kalau berbicara mengenai politik, yang pertama kali terlintas adalah kekuasaan. Ya, dalam kehidupan ini setiap aspek tanpa kita sadari ternyata melalui suatu proses yang terkait dengan politik. Bukan hanya berbicara dari sisi pemerintahan, namun politik juga digambarkan dalam hal-hal yang sistematis dan penuh taktik yang disusun untuk suatu tujuan tertentu, apalagi kalau bukan kekuasaan. Begitu pula dalam dunia kerja, tanpa kita sadari hal seperti itu pasti ada.

Ilustrasi di atas memberikan gambaran bahwa adu  pertunjukkan siapa yang paling cakap dan siapa yang tidak merupakan tontonan yang lazim terlihat dalam realitas kehidupan. Walaupun seharusnya, antara lini atas maupun lini bawah harus saling mendukung, sehingga anak-anak tersebut, yang dianggap tidak tahu apa-apa, dibimbing dan diarahkan. Bukannya dituntut mengikuti kemauan satu dua orang yang merasa dialah yang paling tahu. Sangat disayangkan kalau dalam satu perusahaan akhirnya ada dua budaya yang berkembang, suatu hari nanti posisi tersebut akan membahayakan bagi masa depan perusahaan tersebut.

Pertanyaannya sekarang sampai kapan nasib anak-anak tersebut berada dalam dua budaya yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja mereka. Lalu, apakah ini bisa dikatakan strategi bisnis kantor yang merupakan bagian dari politik kantor. Yang terakhir, siapa dan apakahkah tujuan yang membuat suasana ini akhirnya diizinkan ada di dalam perusahaan tersebut, padahal perlu digaris bawahi, hal ini apabila berlangsung lama, suatu saat hanya akan menjadi bumerang bagi masa depan perusahaan tersebut. Sekali lagi, ini hanyalah cerita yang menggambarkan apa itu "Politik Kantor" ...

By : Aya




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline