Lihat ke Halaman Asli

Joanna Lie

Project Assistant

Zongzi: Onigiri dari Tiongkok

Diperbarui: 23 Juni 2023   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.confuciusbun.com/blog-data?url=must-have-ingredients-zongzi

Jika ditanya hal apa yang paling penting saat Festival Perahu Naga, tentu kebanyakan orang akan menjawab zongzi (hanzi: 粽子; pinyin: zòngzi) atau yang lebih dikenal juga sebagai bakcang (hanzi: 肉粽; pinyin: ròu zòng) oleh masyarakat Indonesia.

Pada pagi hari, setiap keluarga Tionghoa akan memakan zongzi untuk memperingati Qu Yuan. Namun, tahukan Anda jika zongzi sudah ada jauh sebelum Qu Yuan? Dikatakan bahwa zongzi memiliki sejarah lebih dari 2.000 tahun dan digunakan untuk memuja leluhur dan dewa. Akan tetapi, tradisi ini dipopulerkan oleh cerita Qu Yuan, penyair patriotik yang menenggelamkan dirinya pada hari ke-5 bulan ke-5 yang kemudian membuat orang-orang melemparkan zongzi ke sungai setiap tahunnya untuk melindungi tubuhnya dari gigitan ikan.

Zongzi sendiri adalah bungkusan nasi ketan yang memiliki berbagai macam isian dan kemudian dibungkus dengan daun bambu menjadi bentuk segitiga. Namun, bentuknya sendiri juga dapat berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Tidak hanya bentuk rasa dari zongzi pun dapat berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Di antara berbagai jenis zongzi, dua variasi populer yang menonjol adalah keechang dan bakcang. Zongzi lezat ini menawarkan rasa yang kontras, dengan keechang (hanzi: 碱水粽子; pinyin: jiǎn shuǐ zongzi) yang memiliki rasa manis dan bakcang dengan rasa gurih.

Dalam keluarga penulis, keechang mengacu pada zongzi manis, sementara bakcang mewakili padanan gurih. Keechang dapat dinikmati pada suhu ruangan, sedangkan bakcang paling enak dinikmati saat masih hangat. Untuk memakannya sendiri cukup potong benang dan buka bungkusan daunnya.

Keechang, nasi ketan manis yang dapat dimakan tanpa isian apapun tapi tidak dipungkiri juga dapat berisikan pasta kacang merah, biji teratai, atau bahkan abon babi yang dimaniskan. Untuk meningkatkan cita rasa keechang, keluarga penulis sering menambahkan gula merah ke hidangan ini. Di sisi lain, bakcang biasanya dicampur dengan daging babi, jamur, udang kering, dan telur asin. Keluarga penulis menikmati sentuhan pedas dengan menambahkan saus sambal.

Baik keechang dan bakcang tidak hanya enak tetapi juga mencerminkan tradisi budaya dari orang Tionghoa.  Kini makanan ini dapat dikatakan sebagai salah satu hidangan yang wajib ada saat Festival Perahu Naga. Rasanya tidak lengkap jika tidak memakan hidangan ini saat perayaan Perahu Naga.

Makanan ini juga membuat penulis merasa bahwa di Indonesia ia hanya dapat memakan makanan ini saat perayaan Festival Perahu Naga. Terlebih lagi dengan situasi penulis yang merantau ke luar kota dan tidak dapat memakan zongzi yang ada di ingatannya biarpun bentuknya dan rasanya yang hampir mirip. Kendati demikian, penulis berharap kelezatan makanan ini dapat dinikmati dan tertanam kuat dari generasi ke generasi dan diwariskan dari satu keluarga ke keluarga lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline