Lihat ke Halaman Asli

Ibu (Menteri) yang Perokok dan Bertato

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1414560764454722824

Nama Susi Pudjiastuti sontak tenar. Bukan hanya karena Jokowi mengangkatnya jadi menteri, tapi karena wanita yang satu ini memang terkesan nyentrik: perokok aktif dan punya tato. Banyak yang mencelanya tapi tidak sedikit pula yang gigih membelanya. Menteri kesehatan yang baru pun sampai berhati hati memberi komentar terhadap koleganya yang perokok berat ini. “Sebaiknya ditanyakan sendiri saja kepada beliau” ungkap Nila F Moelek menkes baru Jokowi.

Rupanya sebagian publik masih memandang bahwa jabatan menteri tidak hanya sekedar pembantu presiden, seorang menteri adalah juga personifikasi dari berbagai kebijakan pemerintahan. Maka kalau jadi menteri disamping cerdas dan pintar dia juga harus “sempurna” kepribadiannya. Baik budi, ramah, gak suka mabok, tidak doyan selingkuh, tidak merokok apalagi punya tato seram di tubuhnya.

Sah sah saja masyarakat berpendapat demikian meski keputusan akhir tetap ada di tangan Presiden. Jokowi pasti punya pertimbangan sendiri berupa kinerja dan kecakapan dibanding sekedar menterinya itu merokok atau tidak. Entahlah kalau masalah tato, yang jelas waktu fit and proper test rasanya tidak ada pertanyaan “ Anda bertato apa tidak?”. Apalagi ini seorang perempuan.

Dengan hanya tamatan SMP dan Jokowi berani mengangkatnya sebagai menteri itu berarti ada sesuatu yang dimiliki Susi Pudjiastuti. Sosok wanita yang lahir dari pasangan Haji Ahmad Karlan dan Hajjah Suwuh Lasminah ini memang pebisnis tulen. Dengan sentuhan tangan dinginnya Susi Air & PT ASI Pudjiastuti Marine Product yang merupakan perusahaan pribadinya berkembang pesat dengan profit miliaran rupiah per bulan.

Dahlan Iskan bahkan mengaguminya sebagai sosok yang bisa menjadi bos dari sekian banyak pilot bule. “Orangnya cekatan, cerdas, antusias, bicaranya blak-blakan, suaranya besar, agak parau, dan sangat tomboi” kata Dahlan.

Dahlan dan Juga Jokowi memang tidak merokok apalagi bertato. Tapi tentu Presiden punya kekuasaan untuk meminta siapa saja entah itu perokok atau bukan untuk mengemban amanah menjadi pembantunya sebagai menteri negara.

Kebiasaan merokok bagi seorang perempuan mungkin masih dianggap tabu, apalagi punya tato. Merokok memang merugikan kesehatan. Muhamadiyah bahkan sudah menjatuhkan vonis haram. Tetapi bukankah jutaan laki laki diluar sana juga merokok. Bukankah banyak guru yang juga perokok, berapa banyak pejabat negara yang belum bisa menghentikan kebiasaan merokoknya. Bahkan kyai kyai di lingkungan NU pun banyak yang masih merokok karena memang NU tidak menghukumi kegiatan merokok sebagai perbuatan haram.

Lantas kenapa Susi yang baru diangkat jadi menteri dihujat gara gara dia merokok. Jokowi menjadikannya menteri tentu bukan karena ingin menampilkan kebiasaan merokoknya apalagi memamerkan tato di tubuhnya. Jokowi mengangkatnya karena kecakapan dan kinerjanya sebagai seorang profesional. Bukankah tato itu sudah ada sejak lama, bukan dibuat karena syukuran ia jadi menteri.

Merokok dan mentato tubuh memang tidak baik. Kebiasaan Susi Pudjiastuti merokok dan bertato memang bukan contoh yang baik, tidak boleh ditiru. Tapi perlu juga dipahami bahwa Susi tidak sedang memerankan peran seorang ibu peri yang baik hati, dia sedang dituntut bekerja keras sebagai menteri menghadapi ilegal fishing dan mafia perikanan yang merugikan negara ratusan trilyun jumlahnya.

Biarlah rokok dan tato itu sebatas menjadi urusan peribadinya karena seperti Deng Xiaoping bilang “ Tidak penting kucing itu hitam atau putih asal ia bisa menangkap tikus”. Jokowi rupanya mengambil prinsip pemimpin besar Partai Komunis China itu. Dan itu sah sah saja.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline