Dimulai sejak tanggal 2 Oktober 2019, telah dirilis film salah satu karakter antagonis DC Comic yang sangat ikonik menjadi musuh abadi Batman yang berjudul Joker. Pada film-film sebelumnya seperti Batman (1966 -- 1988), Batman (1989), The Dark Knight (2008), Suicide Squad (2016), dan bermacam film animasinya, karakter Joker sudah lama disajikan oleh aktor-aktor yang berbeda dan alur cerita yang beragam.
Karakter Joker selalu identik dengan sosok seorang pria yang berdandan seperti badut dengan rambut yang berwarna hijau dan bibir yang dibubuhi dengan warna merah nyala yang sengaja dibuat lebar agar terkesan bahwa dia selalu tersenyum.
Keunikan lain dari karakter Joker adalah memiliki latar belakang cerita yang berbeda pada tiap cerita yang memiliki karakter Joker di dalamnya, sehingga terkesan Joker bukanlah satu orang, semua orang bisa saja menjadi Joker. Baik pada versi komik maupun film, secara garis besar Joker diceritakan sebagai penjahat dari kota Gotham yang licik, sadis, gemar tertawa dan memiliki kemampuan bertarung yang sukar diprediksi (Fernanda, 2019).
Awalnya, beberapa penggemar film dan penonton awam lainnya menyangka bahwa film tentang Joker tersebut adalah sebuah film laga superhero pada umumnya.
Sangat tidak terduga, film Joker pada tahun 2019 bukanlah suguhan yang berjenis film action dan tidak layak ditonton setidaknya bagi anak-anak dan para remaja.
Alasan mengapa film yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix ini tidak cocok bagi penonton di bawah 17 tahun adalah karena film ini berfokus kepada seorang tokoh yang jahat, yang memiliki penyakit mental, dan hidup di lingkungan yang penuh dengan kekerasan (Pratiwi, 2019).
Dalam time.com, Dockterman (2019) mengatakan bahwa film Joker sudah dirancang menjadi tontonan yang sungguh teramat kontroversial di tahun ini. Tidak hanya meraup jutaan dolar pada minggu awal penayangannya, film ini memiliki beberapa kritik tentang dampak yang kemungkinan akan terjadi kepada para penikmat film apabila mereka menginterpretasi dalam kehidupan mereka cerita seseorang yang berjuang menghadapi penyakit mentalnya di tengah kondisi yang penuh dengan kekejaman dan ketidakadilan.
Singkat cerita, tidak hanya menderita penyakit mental dan diperlakukan buruk oleh orang-orang di sekitarnya oleh karena penyakit tersebut, Joker alias Arthur Fleck merasa ditolak oleh perempuan yang dia minati dan didiskriminasi oleh beberapa pria yang mendapatkan perhatian dari para wanita oleh karena uang dan kuasa yang mereka miliki.
Joker juga bertemu dengan ayahnya, Thomas Wayne, yang juga merupakan ayah dari Bruce Wayne, tetapi Thomas Wayne tidak mengakui Arthur Fleck sebagai anaknya, menghajarnya, dan menyuruhnya pergi dari hadapannya.
Pada versi barunya yang di tahun 2019, peran Joker dapat disalahmaknakan menjadi figur heroik karena melawan ketidakadilan dengan cara membunuh orang-orang yang membuat dia terpuruk, daripada sosok teroris yang kejam, gila dan sadis.
Selaku direktur dan pengarang cerita utama dari film Joker, Todd Phillips mengutarakan bahwa dia mencoba membuat alur kisah Joker yang membumi dengan realita-realita yang nyata di dunia yang dapat menjadi refleksi tiap pribadi yang menontonnya dibandingkan membuat jalan cerita yang terpaut dengan versi yang ada di komik.