Lihat ke Halaman Asli

"Pernikahan Dini" Mengapa Masih Terjadi dan Bagaimana Cara Mengatasinya?

Diperbarui: 3 Maret 2023   23:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Sumber gambar: pixabay.com/commanderclive)

Pernikahan dini masih menjadi isu yang cukup krusial di beberapa daerah di Indonesia. Banyak perempuan muda yang dinikahkan pada usia yang masih terlalu dini, bahkan sebelum usia 18 tahun. Hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan, pendidikan, dan hak-hak perempuan.

Sebagai sebuah negara dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia memiliki berbagai macam tradisi yang berbeda-beda di setiap daerahnya. Salah satu tradisi yang masih bertahan hingga saat ini adalah pernikahan dini. Pernikahan dini biasanya terjadi pada usia yang sangat muda, di mana anak-anak yang masih berusia belasan tahun dijodohkan dan dinikahkan oleh orang tua mereka.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pernikahan dini masih terjadi di daerah, seperti tradisi, kemiskinan, dan kurangnya pendidikan. Di beberapa daerah, tradisi pernikahan dini dianggap sebagai suatu kehormatan bagi keluarga, terutama bagi perempuan yang dinikahkan pada usia muda. Hal ini dikarenakan perempuan dianggap sebagai aset keluarga yang harus dilindungi dan dipertahankan kehormatannya. 

Selain itu, kemiskinan juga menjadi faktor yang menyebabkan pernikahan dini masih terjadi di beberapa daerah. Keluarga miskin cenderung lebih rentan terhadap praktik pernikahan dini karena adanya kebutuhan ekonomi yang perlu dipenuhi. 

Selain itu, kurangnya pendidikan juga menjadi faktor yang memperparah praktik pernikahan dini. Kurangnya pemahaman tentang hak-hak perempuan serta pentingnya pendidikan membuat masyarakat cenderung lebih mudah untuk melakukan pernikahan dini.

Namun, praktik pernikahan dini memiliki dampak negatif yang cukup besar, terutama bagi perempuan. Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, serta menyebabkan anak yang dilahirkan mengalami masalah kesehatan seperti rendahnya berat badan lahir atau kekurangan gizi. 

Selain itu, pernikahan dini juga dapat menyebabkan perempuan terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan tidak memiliki akses yang sama dengan laki-laki terhadap pendidikan, pekerjaan, dan pengambilan keputusan.

Untuk mengatasi pernikahan dini di daerah, diperlukan upaya yang holistik dan melibatkan semua pihak terkait. Beberapa solusi yang dapat dilakukan antara lain mengedukasi masyarakat tentang dampak negatif pernikahan dini, memberikan akses pendidikan yang lebih baik bagi perempuan, serta memberikan alternatif ekonomi yang lebih baik bagi keluarga yang berisiko melakukan pernikahan dini. 

Selain itu, perlunya peran aktif dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat dalam membentuk opini publik yang lebih positif terhadap perempuan dan memperkuat aturan yang melindungi hak-hak perempuan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline