Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Tak Ada Ruginya Bersambung Rasa dengan Pekerja di Lingkungan Rumah

Diperbarui: 17 September 2023   18:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tukang Kayu, sedang membuat daun pintu (dokumen pribadi)

Di manapun kita berada dan beraktivitas untuk menjalani kehidupan, sesungguhnya tak terlepas dari apa yang dinamakan interaksi sosial, berkomunikasi dan berbagi info sehingga diharapkan mendorong terjadinya proses perubahan menjadi lebih baik di kemudian hari.

Baik di lingkungan kerja/perkantoran, perusahaan, atau di tempat-tempat manusia berkarya -- maka setiap saat pastinya interaksi antarunsur yang terlibat kerja sama akan saling berbagi pengalaman sesuai tugas dan fungsinya, yang pada gilirannya membuahkan hasil berupa harapan bersama.

Tak terkecuali di lingkup terkecilpun seperti di lingkungan rumah atau tempat tinggal kita masing-masing seringkali dalam situasi tertentu membutuhkan bantuan orang lain. Membangun, memperbaiki rumah, membetulkan/mengembangkan bagian rumah agar menjadi lebih layak dan nyaman dihuni -- tentunya memerlukan tenaga sesuai kompetensinya.

Kebetulan sejak beberapa minggu lalu di lingkungan tempat tinggalku, sejumlah tukang batu ada 2 orang dan 3 tukang kayu, semuanya bekerja mengerjakan bangunan tambahan untuk ruang tamu plus satu kamar di halaman sebelah rumah induk.

Mereka rutin bekerja saban hari sesuai rencana. Adapun waktu kerja mereka yaitu masuk pukul 8 pagi pulang pukul 4 sore, khusus hari Minggu libur. Kini apa yang mereka kerjangan hampir usai, sekitar 80 persen sudah tercapai, tinggal finishing, cat, sambungan saluran air, instalasi listrik, pembenahan gawang dan daun pintu, tralis jendela, pasang keramik lantai, serta beberapa ornamen seperlunya.

Dalam perjalanan aktivitasnya, semua pekerjaan para tukang tersebut memang tak selalu berlangsung sempurna atau berjalan mulus. Bongkar pasang juga terjadi, terutama atas pertimbangan dampak termasuk estetika terkait bangunan induk/sekitar sehingga perlu perubahan/penyesuaian di sana-sini.

Mengingat para pekerjan tersebut yang notabene bukan sarjana teknik bangunan, pun bukan sarjana arsitektur, namun pengalaman puluhan tahun secara otodidak yang mereka lakukan cukuplah layak disewa/dibayar tenaga sesuai keterampilan yang dimilikinya.

Banyak suka duka, atau menurut istilah saya anggap saja sebagai "seni merevisi bentuk bangunan/pembenahan teknis" dan bongkar pasang menjadi risiko sehingga pekerjaan walau sedikit terhambat demi perbaikan namun tetap berlangsung sesuai rencana.

Barang tentu langkah merevisi bangunan ini memerlukan pemikiran ulang, menyesuaikan konsep baru sebagai pembenahan/pengembangan yang perlu didiskusikan bersama.

Berdiskusi atau berkomunikasi untuk mengutarakan maksud kepada para tukang/pekerja di lingkungan rumah tentunya memerlukan pendekatan tersendiri, setidaknya layak mempertimbangkan sikon dan timing yang pas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline