Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Beradaptasi, Bertahan Hidup Supaya Berkelanjutan

Diperbarui: 19 Maret 2022   01:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi dari gograph.com

Masih ingat pesan orangtua awal-awal hendak meninggalkan kampung halaman beberapa tahun silam ketika saya harus menimba pengetahuan di Yogyakarta, yaitu "pandai-pandailah menempatkan diri di lingkungan barumu."

Pesan yang cukup arif serta bijak dari orangtua yang masih lekat dalam ingatan itu ternyata menggugah saya untuk selalu fleksibel di setiap lingkungan di mana saya berada.

Dengan kata lain, menyemangati saya agar selalu menyesuaikan di tempat baru, di lingkungan baru, hidup dalam situasi dan kondisi baru yang mestinya tak sama dengan suasana semula.

Dalam istilah kekinian hal demikian sering disebut adaptasi. Melakukan adaptasi atau beradaptasi merupakan hal yang wajar, lazim bilamana siapapun ingin menjalani hidup dan kehidupannya tetap berlangsung seiring perkembangan di lingkungannya.

Secara alamiah atau instingtif, adaptasi ternyata juga dilakukan makhluk hidup di luar manusia. Seperti halnya Bunglon akan mengubah warna tubuhnya (mimikri) menyesuaikan terhadap lingkungan. Ini merupakan cara beradaptasi untuk melindungi diri dari pemangsa sehingga kelangsungan hidupnya dapat bertahan.

Demikian halnya adaptasi secara morfologi pada tumbuhan atau tanaman air yang memiliki daun lebih lebar sehingga akan mempermudah proses penguapan.

Sepintas gambaran tersebut, menunjukkan bahwa beradaptasi selalu diperlukan manakala makhluk akan tetap bertahan hidup di tengah ancaman, tekanan di mana ia berada -- sehingga diperlukan penyesuaian diri terhadap lingkungan demi keberlangsungannya.

Tak jauh berbeda di saat pandemi seperti sekarang, virus corona berikut variannya sebagai penyebab penyakit dinamai Coronavirus Desease 2019 yang masih menjadi ancaman di tengah kehidupan masyarakat -- pastinya juga perlu diantisipasi melalui salah satu cara bahwa setiap manusia perlu beradaptasi dengan kebiasaan baru.

Adaptasi kebiasaan atau perilaku baru yang diformulasikan dalam ketentuan protokol kesehatan menjadi pilihan penting, karena manusia sebagai subjek dalam menjalani aktivitas sehari-hari, berinteraksi secara fisik sehingga sangat berpotensi penularan, lagi pula mengingat karakter virus yang mudah bertransmisi antarorang.

Mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru dalam bingkai "new normal" memang bukan perkara mudah, karena ini menyangkut perilaku/sikap (attitude) banyak manusia, memerlukan proses dan tak akan bisa berjalan serempak, namun mau tak mau harus dilakukan bilamana keberadaan manusia dengan segala aktivitasnya agar tetap berlangsung dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline