Merebaknya virus corona penyebab penyakit yang disebut Coronavirus Desease 2019, atau disingkat Covid-19 telah menggugah kesadaran masyarakat melakukan pencegahan penularan.
Di berbagai tempat seputaran penulis, sontak setelah organisasi kesehatan dunia/WHO (12/3) mengumumkan Covid-19 sebagai pandemi global disusul presiden Jokowi (15/3) mengumumkan Covid-19 sebagai bencana nasional -- sejak itulah antisipasi makin digalakkan di antaranya penyemprotan dilakukan di tempat-tempat strategis untuk menghambat menyebarnya virus.
Di Yogyakarta dan sekitarnya, tidak hanya lembaga pemerintah daerah melakukan langkah ini. Masyarakat dan komunitas lokal ikut ambil bagian bergotong royong, berswadaya melakukan hal sama melangsungkan penyemprotan disinfektan di area publik dan rumah warga, jalanan kampung berlangsung simultan setiap hari Minggu hingga sekarang.
Sejak awal April lalu seiring kecenderungan bertambahnya pasien yang positif terpapar virus di DIY, sejak itu pula pencegahan wabah virus lebih ditingkatkan. Jangan heran bilamana setiap tamu berkunjung di sebagian besar perkampungan di wilayah ini diberlakukan pembatasan akses jalan, dilakukan pemeriksaan oleh warga setempat -- dengan maksud untuk memutus sebaran virus kemungkinan dibawa pendatang.
Yang masih perlu mendapat perhatian di sini, penyemprotan disinfektan terhadap kendaraan, barang atau pendatang terutama berasal dari luar wilayah memang bisa dipahami hal itu dilakukan. Virus yang tidak tampak mata tersebut sangat mungkin mempel/terselip pada barang bawaan yang berasal dari luar terutama daerah zona merah.
Pengalaman melihat mobil ber-plat luar DIY di gapura masuk kampung langsung disemprot, pengendara/penumpang diperiksa/dicatat terutama untuk melacak jejak dari mana asal muasal perjalanan. Langkah ini layak diapresiasi, tanpa harus menunggu petunjuk pemerintah ternyata masyarakat sudah cepat bergerak melakukan antisipasi.
Tidak hanya itu, saking semangatnya dan mengingat Covid-19 yang cenderung masih mewabah, saban hari menambah jumlah pasien positif terpapar virus -- tak pandang bulu bahwa setiap kendaraan yang masuk kampung harus disemprot, itu sudah keputusan kolektif warga.
Tak urung, penulis pun sewaktu berkunjung ke rumah teman di lokasi kampung berbeda untuk keperluan mendesak ikutan disemprot disinfektan, baik kendaraan dan sekujur tubuh merasakan bau menyengat zat kimia yang melekat di cairan itu. Dan untungnya, masih pakai jaket sehingga hanya sedikit yang menembus kulit.
Belajar dari pengalaman nyata ini - sesungguhnya kita tidak perlu saling menyalahkan. Dalam suasana darurat pandemi seperti saat ini memang kesigapan semua pihak untuk mencegah penularan dan upaya memutus sebaran virus harus dilakukan. Hanya saja, gejala kewaspadaan terhadap menyebarnya virus corona tidak perlu kalap atau berlebihan.
Nah, berkait semprot menyemprot itu sendiri sebenarnya jauh hari sudah diumumkan atau diingatkan oleh badan kesehatan dunia (WHO), bahwa penyemprotan disinfektan tidak untuk tubuh manusia, karena bisa merusak pakaian dan selaput lendir (seperti mata, mulut).