Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Tanggap Covid-19 dan Bincang Budaya dalam Suasana Physical Distancing di Jogja Magelang Elektronik (JME)

Diperbarui: 18 April 2020   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jogja Magelang Elektronik (sumber: frekuensi.blogspot.com)

Di tengah menyebarnya virus corona yang telah menyebabkan covid-19 (pandemi) dan cenderung meluas di hampir seluruh provinsi di tanah air, tak terkecuali telah masuk ke wilayah Jogja (DIY) dan Magelang (Jateng) sekitarnya telah menjadikan masyarakat selalu waspada.

Pemerintah pusat dan pemerintah di setiap daerah telah mengambil langkah serta mendifusikan informasi dalam berbagai bentuk dan penggunaan media berupa cara-cara pencegahan dan pengendalian penularan berbagai infeksi penyakit termasuk infeksi virus corona.

Komunikasi yang disampaikan pemerintah terkait covid-19 ternyata mendapat respons 'bak gayung bersambut' bahkan tanggapan masyarakat lapisan bawah di wilayah Jogja-Magelang dan sekitarnya cukup serius, berbagai langkah nyata telah di lakukan untuk meminimalisir menyebarnya virus yang ganas dan bisa mematikan tersebut.

Penyemprotan massal terhadap fasilitas-fasilitas umum (untuk mengantisipasi sebaran virus) yang dikakukan pemerintah daerah juga secara simultan diteruskan oleh warga di setiap kampung hingga rumah warga dalam jangka waktu yang dirancang sesuai kebutuhan.

Anjuran pemakaian masker, mencegah kerumunan massa melalui kebijakan social distancing dan berfokus pada physical distancing alias menjaga jarak fisik sudah banyak ditaati, demikian tak keluar rumah jika tidak penting, termasuk menonaktifkan sementara kegiatan melibatkan sejumlah orang/perkumpulan (formal maupun nonformal) sudah mulai dilakukan di mana-mana.

Tak hanya itu, tanggap covid-19 tampak di beberapa ruas jalan kampung atau gerbang masuk perkampungan terpampang tulisan/pengumuman bahwa setiap tamu (pendatang) harap melaporkan diri. Ini untuk mencegah virus bawaan (carrier) oleh pendatang yang kemungkinan berasal dari wilayah zona merah supaya jangan sampai virus corona menyebar di lokasi setempat.

Banyak giat dan istilah ditemui dalam upaya preventif dilakukan warga, pos-pos penjagaan kampung semakin diaktifkan, di samping setiap tamu harap lapor, kendaraan dari luar kota disemprot disinfektan, juga ditemui tulisan "kami resah karena anda covid-19" bahkan spanduk bertuliskan lockdown nampaknya sedang nge-tren di beberapa tempat.

Penulis sendiri tak hendak mempermasalahkan giat maupun istilah atau tulisan/pengumuman terlalu detail, tetapi makna yang tersirat dalam tindakan tersebut dapat dipahami bahwa warga setempat tidak menghendaki virus penyebab covid-19 memasuki lokasi masing-masing.

Apapun peristiwanya, realitas yang ada di tengah masyarakat tersebut bisa diasumsikan sebagai partisipasi aktif warga, tanggap covid-19 sekaligus merupakan suatu langkah mitigasi bencana non-alam yang telah dilakukan sesuai kemampuannya.

Nah, dalam suasana demikian sesungguhnya peran komunikasi dalam beragam jenis dan bentuknya menjadi layak dicermati. Setidaknya melalui penyebaran informasi berkait covid-19 masyarakat luas menjadi tahu, mengerti, memahami, kemudian menyadari (conscious) -- sehingga dapat menghindari infeksi virus corona, pola hidup bersih-sehat, termasuk menjaga daya tahan tubuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline