Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Menelusuri Proyek Air Bersih yang Mangkrak dan Mencari Solusinya

Diperbarui: 27 September 2018   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

filter air bersih, diamankan di rumah kepala dusun Penggung (JM)

Menjelajah kawasan perdesaan sungguh menggugah kita untuk melihat kondisi nyata di lapangan. Terutama berkait pemberdayaan (empowering) masyarakat di derah tertinggal ditandai keterbatasan fasilitas agar dapat menunjang kehidupan lebih layak.

Di musim kemarau seperti sekarang, tercatat beberapa daerah mengalami kekurangan air, bahkan di beberapa tempat ditengarai rawan kekeringan sehingga layak mendapat perhatian serius.

Semakin meluasnya wilayah yang kesulitan mendapatkan air bersih, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo, Ariadi mengatakan penetapan status tanggap darurat berlaku mulai 25 Juli hingga 30 September 2018 mendatang.

"Ada delapan wilayah kecamatan (Samigaluh, Kalibawang, Girimulyo, Kokap, Nanggulan, Pengasih, Sentolo, dan Lendah). Sekitar 3000 kepala keluarga di 109 pedukuhan di kecamatan itu yang kini terdampak musim kemarau hingga kesulitan mencari air bersih bagi kebutuhan kesehariannya."

Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo melalui BPBD telah mendistribusikan 450 tangki air bersih selama Agustus ke berbagai wilayah terdampak yang sudah mengajukan permohonan bantuan. [Selengkapnya di sini: jogja.tribunnews.com]

Pastinya berita yang sangat menyentuh kebutuhan hidup bagi warga desa tersebut merupakan sesuatu yang urgen, mendesak dicermati supaya dapat diketahui sebab musabab maupun upaya yang sudah dilakukan, kekurangan air dapat diatasi dan tidak lagi menjadi "langganan bencana kekeringan" setiap musim kemarau tiba.

Seperti diberitakan di atas, penulis mengambil sampel untuk on the spot ke salah satu lokasi kekurangan air di DIY, yaitu menjelajah wilayah Kecamatan Girimulyo, atau tepatnya di Dusun Penggung, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo.  Lokasi dusun terletak di lereng Pegunungan Menoreh yang berjarak sekitar 45 km arah barat laut dari Kota Yogyakarta ini memang tergolong rawan kekeringan.

Wilayah perdusunan yang dihuni 130 kepala keluarga (KK) sudah sejak dulu untuk memenuhi kebutuhan air (mandi, cuci, dan memasak) harus mencari sumber mata air yang terletak di kawasan atas, disalurkan melalui pipa-pipa pralon atau pipa plastik secara manual berjarak ratusan meter bahkan ada yang mencapai 1 s/d 1,5 kilometer.

Suasana kering cenderung tandus sangat terasa memasuki  lokasi ini, di musim kemarau seperti sekarang banyak tanaman meranggas, daun pepohonan mengering, usaha pertanian atau berladang  nampak kurang bergairah, kecuali tanaman singkong dan sejenisnya serta tanaman keras yang masih bertahan hidup.

Melihat kondisi demikian, beberapa pihak perduli termasuk pemerintah daerah selalu melakukan droping air bersih untuk membantu kebutuhan air bagi warga setempat. Bahkan beberapa tahun lalu (sekitar tahun 2010/2011) proyek air bersih pemerintah pusat bekerja sama dengan pihak Korea via Kementerian Pekerjaan Umum Pusat, Provinsi DIY dan Kabupaten Kulonprogo telah membantu masalah kekurangan air sehingga warga Dusun Penggung sangat terbantu.

Proyek air bersih yang memanfaatkan energi solar cell/panel surya dan dilengkapi satu unit mesin khusus pengolah air (Ultra Filtration Unit) sehingga bukan hanya untuk kebutuhan mandi, cuci dan memasak namun airnyapun layak untuk minum berkat teknologi yang memang dirancang untuk mematikan kuman, bakteri serta kotoran lain yang membahayakan kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline