Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Pak Andi: Peternak Kambing Bligon di Guwosari, Bantul

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1370781971701852013

Usai makan siang, Sabtu (8/6) kemarin, tak sengaja kutemui seorang meramban di sebuah pekarangan di kawasan Sewon Bantul. Meramban, yaitu memotong dedaunan tanaman perdu untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak peliharaannya. Melihat orang tekun dan gigih menjalani pekerjaannya itu, saya pun menyoba bertegur sapa, berkenalan sambil mencari tau untuk apa pekerjaan itu dilakukan.

“Ya, saya mencari ramban (baca: dedaunan) ini untuk persediaan pakan kambing, mas. Karena persediaan pakan ternak di rumah sudah habis, hari ini saya sudah dua kali meramban,” ujarnya ketika pertama berbincang denganku.

Dasar masih penasaran, orang yang mengaku bernama pak Andi ini lanjut kutanya: Memang kalau boleh tau, punya kambing berapa di rumah? Langsung direspons, “lumayanlah, daripada banyak waktu luang saya coba usaha mandiri beternak kambing untuk membantu mencukupi kebutuhan keluarga,” jawabnya.

Mendapat jawaban klise dan kurang puas (berapa jumlah ternaknya?), apalagi melihat tampang pak Andi sedikit bicara namun banyak kerja, saya pun yang perlu mengalah, membiarkan ia selesaikan meramban-nya. Dan tak kurang akal, untuk mengobati rasa penasaran, saya memohon nanti boleh ikutan ke rumah pak Andi, …dan disetujui olehnya. He..heeh..

[caption id="attachment_266553" align="alignleft" width="300" caption="mencari dedaunan/meramban (jm)"][/caption]

[caption id="attachment_266554" align="alignleft" width="300" caption="mengumpulkan dedaunan (jm)"]

13707821071788812575

[/caption]

[caption id="attachment_266555" align="alignleft" width="300" caption="persiapan mengangkut ramban (jm)"]

1370782278534711208

[/caption]

Ehm…benar adanya, dalam waktu tak lebih dua jam, setelah hasil ramban tertata rapi dan siap diangkut pak Andi segera starter kendaraannya. Saya pun mengikuti di belakangnya…

Liku-liku membuntuti perjalanan menuju rumah pak Andi memang lumayan menantang. Jarak tempuh sekitar 15 km dimulai dari kawasan Jalan Parangtritis diambilnya jalan kampung Panggungharjo, menuju Jalan Bantul. Di kilometer 8, belok ke arah kanan menuju desa gerabah Kasongan, kemudian menukik berbelok ke kiri menyusuri jalanan perkampungan, persawahan, menembus jalan kecil berliku, melintasi daerah hutan jati Pajangan dan sebelum memasuki kawasan Gua Selarong, tibalah di sana.

Di halaman sebuah rumah sederhana itulah hasil meramban diletakkan miring begitu saja, bersama motor pengangkutnya.

[caption id="attachment_266556" align="alignleft" width="300" caption="mengangkut ramban dari perkotaan (jm)"]

1370782448982106470

[/caption]

[caption id="attachment_266558" align="alignleft" width="300" caption="membuntuti pak Andi menyusuri jalan desa (jm)"]

13707825612027841357

[/caption]

[caption id="attachment_266559" align="alignleft" width="300" caption="sampai di rumah pak Andi (jm)"]

13707827011039261862

[/caption]

Dalam kunjungan singkat setelah ikut membuntuti pak Andi tersebut, rasa penasaranku segera terjawab. Melihat kandang kambing yang berjejer/berderet memanjang, bahkan sempat kuhitung ada > 20 petak kecil, masing-masing ditempati seekor kambing Bligon, yaitu kambing hasil persilangan peranakan Etawa dengan kambing lokal.  Hanya terlihat satu petak yang ditempati kambing betina beserta anak-anaknya yang baru dilahirkan.

[caption id="attachment_266561" align="alignleft" width="300" caption="kandang ternak kambing Bligon (jm)"]

13707828441790852713

[/caption]

[caption id="attachment_266562" align="alignleft" width="300" caption="kambing Bligon kepala hitam, harganya 2,5 jt (jm) "]

13707830371411635285

[/caption]

Di bagian belakang kandang Bligon, didapati satu petak agak besar berukuran 3 X 3 meter, khusus ditempati kambing Kacangan, yaitu kambing lokal yang dijual untuk memenuhi kebutuhan/kosumsi warung atau rumah makan sate kambing muda. Di kandang khusus dan terpisah ini terhitung ada 12 kambing kacangan yang siap dijual. “Yang kacangan ini sering didatangi pembeli,” ujar pak Andi sambil menaruh pakan.

[caption id="attachment_266564" align="alignleft" width="300" caption="kambing Kacangan (jm)"]

13707832831246993280

[/caption]

Ditanya soal mengapa tertarik beternak kambing, sambil sedikit tersenyum mengatakan,”tiga tahun lalu mulanya saya mencoba dua ekor kambing Bligon, kemudian ditambah lagi menjadi empat ekor, ternyata terus beranak-pinak.  Laku dijual, bahkan pembelinya mau datang ke sini, kan lumayan dapat hasil.” Demikian kisahnya.

“Karena ada juga yang membutuhkan kambing kacangan, sekalian saya pelihara itu, untuk memenuhi kerapnya permintaan warung/rumah makan,” tambahnya.

Pak Andi (43), yang ternyata asli putra Sunda/Cirebon dan beristerikan Mujiyah (38) warga setempat/Bantul, saban hari masih menekuni pekerjaannya sebagai pedagang bubur kacang ijo (burjo) keliling antarkampung. Lepas subuh ia berangkat berjualan burjo, setelahnya, pukul 09.00 usai keliling menjalani tugas, waktu dimanfaatkan untuk meramban. Itu dilakukan secara rutin, mengingat jumlah ternak miliknya semakin bertambah.

Soal meramban ini, sebelum ditanya lebih jauh, ia menceriterakan, “saya meramban berpindah-pindah, pernah sampai Gamping/Sleman, di pinggiran kota Yogya, sekitaran Kebun Binatang Gembira Loka, Gedong Kuning, daerah ringroad timur dan selatan,” ucapnya. Dan “saya selalu minta ijin yang punya pohon/tanaman sebelum meramban. Bahkan diceritakan  pernah sekalian diminta untuk membersihkan/memangkas pohon yang sudah rimbun, kemudian diberi upah Rp 50 ribu, mas” imbuhnya.

[caption id="attachment_266565" align="alignleft" width="300" caption="pak Andi beserta istri, Bu Mujiyah (jm)"]

1370783470236807687

[/caption]

Sambil berbincang santai di teras rumah pak Andi bersama isterinya. Diceritakan pula bahwa anaknya yang sulung baru saja lulus SMK, dan si bungsu baru lulus SD sehingga menambah semangat serta memacunya untuk bekerja keras. Beternak kambing lebih ditekuni, karena menjanjikan. Salah satu hasil diperoleh selama ini, tampak dalam keluarga pak Andi telah memiliki 3 (tiga) unit sepedamotor untuk menunjang aktivitas isteri dan anak sulungnya.

Menyinggung tentang perawatan/pemeliharaan ternak kambing, menurut pak Andi tidak terlalu sulit. Setiap 20 hari sekali masing-masing diberi obat cacing dan diberi vitamin, pakan jangan sampai telat. Kandang harus bersih dan kotoran, kalau ada yang meminta ya diberikan untuk pupuk, kalau tidak ada yang meminta langsung dipendam. Jelasnya.

Nah, menyangkut soal harga jual, pak Andi hanya memberi kisaran harga berikut > untuk kambing kacangan Rp 400 s/d Rp 500 ribu per-ekor. Sedangkan kambing bligon dibanderol antara Rp 1,5 s/d 2 jt per-ekor. Harga ini sangat bergantung besar kecilnya ternak dan melihat-lihat situasinya. Di saat tertentu seperti hari raya Idul Adha, harga kambing sering naik/melonjak.

Disebutkan bahwa pembeli yang pernah datang ke rumahnya berasal dari Sleman, Kota Yogyakarta, Bantul dan sekitarnya. Ada juga yang membeli kambing untuk keperluan pesta keluarga maupun acara kekahan. Karena dirinya belum punya hape, bagi yang berminat/membeli ke sini dipersilakan datang menemui Pak Andi, RT 04 Desa Kembang Putihan, Kelurahan Guwosari, Pajangan, Bantul, setelah pukul 09.00 wib setiap hari atau menunggu setelah pulang meramban.

Demikian sekadar liputan ringan, kisah perjalananku siang hingga sore kemarin bersama pak Andi, peternak tradisional mandiri yang rumahnya dekat kawasan Gua Selarong. Asyik juga membuntuti beliau, menyusuri jalanan kecil berliku, melintasi pelosok perdesaan hingga mengenal sekaligus memahami kehidupan keluarga dan usahanya.

Salam embek.. embek…:lol:

JM (9-6-2013).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline