Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Nasi Liwet: Menu Minimalis dan Komunikasi Warungan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ternyata makan malam di Sragen bener-bener membawa kesan tersendiri. Betapa tidak, sore tadi sekitar pukul 19.00 WIB kebetulan kolegaku datang dari Solomenemuiku untuk berbincang tentang dunia kerja yang sama-sama kita tekuni. Usai diskusi kita putuskan untuk makan bareng mencari menu yang memiliki kekhasan daerah ini > disepakatilah menu nasi liwet dan segeralah kita mencari tempat nyaman, sederhana dan njawani.

Setelah keliling seputaran kota, melintasi beberapa jalan utama (Jalan Raya Sukowati) dan menembus jalan-jalan lainnya dtemuilah sebuah tempat makan menu nasi liwet sederhana, letaknya di sebelah tenggara alun-alun kota Sragen, atau tepatnya di belakang Pegadaian, tak jauh dari lintasan kereta api. Itulah warung lesehan mbak U’un, bersama suaminya yang selalu siap melayani pembeli dengan ramah tamah dan bersahabat.

[caption id="attachment_138300" align="alignleft" width="300" caption="komunikasi warungan"][/caption]

Setibanya di warung lesehan tersebut, langsung disambut oleh pemilik warung dan segera disediakan menu-menu tambahan di hadapan kita. Masing-masing pesan nasi liwet lengkap dengan telor rebus, plus daging ayam kampung, sementara diriku pesan suir-suiran, disertai sayuran pelengkap serta sedikit kuah memang terasa nikmat sekali. Apalagi dalam suasana menjalani pekerjaan lapangan di luar kota > menu apa pun layak untuk disantap sebagai penghimpun energi tubuh agar tak kehabisan semangat dalam merampungkan editing data di malam hari.

Menyantap menu sederhana atau menu minimalis ini agaknya lumayan membawa berkah lain. Di samping kebutuhan makan, hal yang biasanya kulakukan adalah berbincang dengan penjual dan para pembeli. Menyoba mencari tahu tentang situasi dan kondisi lingkungan sekitar sehingga suasana makan sambil berbincang barengan justeru menambah rasa keakraban dan saling bertukar wawasan. Asyik, tentunya...

[caption id="attachment_138499" align="alignleft" width="150" caption="nasi liwet mbak Uun"][/caption] Mbak U’un dan suaminya yang sudah lama menekuni berjualan ini > ternyata tidak pelit dalam hal omongan, bisa menangkap apa saja yang kita bicarakan sekaligus kita tanyakan. Mulai dari media komunikasi yang dekat dengan rakyat, sumber-sumber informasi yang menjadi andalan, bahkan sedikit perkembangan implementasi kebijakan di daerah pun dikemukakan sehingga dapat membantuku sekadar menambah informasi, setidaknya menjadikan second opinion. Ditambah lagi para pembeli yang menyusul datang, menambah suasana malam semakin hangat dan banyak informasi kuperoleh darinya.

Dari sekilas pengalaman menikmati makan malam ini > masih ditemui bahwa “komunikasi warungan” bisa menjadikan alternatif penggalian informasi, paling tidak > telah memberikan gambaran bahwa budaya saling memberi, saling berbagi dan saling membantu informasi masih ada di tengah kehidupan kita.

Dalam suasana temporer demikian terjadi saling bertegur sapa, keakraban dan rasa kekeluargaan. Ini semua jarang ditemui ketika kita memilih tempat makan dengan menu “mewah” di lingkungan yang berlabel fast food, di mana para pembeli dan pelayan/pemilik usaha belum tentu dapat saling bertukar wawasan dan berbagi pengalaman. Semoga keberadaan warung-warung rakyat demikian tak tergusur globalisasi yang hanya berpihak pemilik modal dan cenderung mematikan usaha rakyat biasa. Terimakasih mbak U’un, semoga tetap laris warungnya...

JM (29-9-2011).




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline