Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Mengunjungi Yayasan SAMIN Yogyakarta

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pagi tadi sebelum kerja, diriku sempat mampir sejenak mengunjungi Yayasan Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (SAMIN) Yogyakarta. Yayasan yang berkecimpung dalam bidang penanganan masalah anak ini “dikomandani” Mas Odi Shalahuddin, bermarkas di kawasan Yogyakarta Selatan atau tepatnya di Jalan Sidikan Gang Saridi UH V/567 Yogyakarta 55161. [caption id="attachment_128156" align="alignleft" width="300" caption="Referensi di Yayasan SAMIN"][/caption] Begitu menginjakkan kaki di ruangan sisi kiri rumah, sekaligus sebagai sanggar di mana Mas Odi berkarya nyata – terkesan penuh sesak bahan-bahan bacaan. Namun memasuki ruangan ini tetap menyenangkan dan menambah semangatku untuk berbincang dan berdiskusi simultan tentang dunia anak-anak Indonesia dalam kaitannya dengan pemberdayaan mereka. Sungguh tak menyangka, di kanan dan kiri ruangan berjejer lemari berisikan bahan bacaan. Ini menandakan bahwa aktivitas seharian Yayasan SAMIN Yogyakarta selalu berhubungan erat dengan buku sebagai penunjang kerja. Beragam literatur yang jumlahnya sekitar ribuan tersusun rapi dan selalu menemani Mas Odi di markasnya. Kali pertama bertemu beliau (yang juga kompasianer), orangnya terkesan tidak sombong, rendah hati, berwawasan luas, selalu bersemangat, menguasai bidang kerjanya dan welcome terhadap tamu (apalagi tamu baik-baik seperti diriku...he-he). Suasana seperti inilah yang pastinya membuat diri betah asyik ngobrol bahkan gayung bersambut lantaran pemikirannya dan pemikiranku bisa nyambung. [caption id="attachment_128150" align="alignleft" width="150" caption="Odi Shalahuddin"][/caption] Kebetulan hari ini Mas Odi Shalahuddin tidak padat pekerjaannya. Di yayasan tempat beliau berada memang nampak sepi, hanya terlihat dua orang (asisten?) yang mulai berbenah membereskan ruangan dan membersihkan halaman. “Sementara ini aktivitas yayasan kita sedang off dulu, lantaran belum ada pekerjaan mendesak yang perlu ditangani,” demikian dijelaskan Mas Odi. Ketika diriku diajak memasuki ruang kerja dan operator komputer, tersedia sejumlah buku dalam dos-dos ukuran besar dan dos kecil sepertinya siap untuk dikirim atau dipaketkan. Inilah produk-produk Yayasan SAMIN Yogyakarta berupa karya Mas Odi Shalahuddin dan kawan-kawan. Sambil berbincang-bincang, kelincahan tangan Mas Odi membuka isi yang tersedia dalam dos tersebut, lantas beberapa buku disodorkan kepadaku dan dipersilakan untuk dibawa, di antaranya:

  • Erupsi Merapi Lahirkan Inspirasi dan Aspirasi. Buku ini diterbitkan oleh Yayasan SAMIN Yogyakarta didukung World Vision Indonesia, 2011.
  • Bikin Jalan Sambil Berjalan, Refleksi 30 Tahun Gerakan Anak di Indonesia. Diterbitkan oleh Save the Children dan Yayasan SAMIN Yogyakarta, atas dukungan dana dari Swedish International Development Cooperation Agency, 2010.
  • Melindungi Hak dan Martabat Anak yang Diperdagangkan di Indonesia. Diterbitkan oleh Indonesia Act (sebuah konsorsium LSM, yang di dalamnya juga terlibat Yayasan SAMIN Yogyakarta), 2010.
  • Penanganan Kasus Perdagangan Anak (Modul Pelatihan) Diterbitkan Yayasan Setara didukung Yayasan SAMIN Yogyakarta, Yayasan Sukma LRC-KJHAM, Hentikan Perdagangan Anak, Terre des Hommes, Plan, 2009.
  • Buku Panduan Penyidikan terhadap Anak yang Berkonflik dengan Hukum. Diterbitkan Yayasan SAMIN Yogyakarta, Yayasan SETARA Semarang, bekerjasama dengan Polda DIY dan Polwiltabes Semarang, 2007.
  • Pekerja Anak dan Penanggulangannya. Diterbitkan oleh Yayasan SAMIN Yogyakarta bekerjasama dengan International Programme on The Elimination of Child Labour (IPEC), 1998.
  • CD bertitel Temu Anak Nasional. Diproduksi oleh Yayasan SAMIN Yogyakarta.

[caption id="attachment_128152" align="aligncenter" width="300" caption="Produk Yayasan SAMIN dan jaringannya"][/caption] Sedangkan buku-buku dari stakeholder yang juga merupakan jaringan Yayasan SAMIN Yogyakarta, antara lain:

  • Analisis Liputan Media tentang Perdagangan Anak (di Asia dan Indonesia). Diterbitkan oleh Asia Against Child Trafficking (Asia ACTs), 2009.
  • Eksplorasi dan Aspirasi: Praktik yang baik dari Kampanye Menentang Perdagangan Anak di Asia Tenggara. Diterbitkan oleh Asia Against Child Trafficking (Asia ACTs), dukungan dana dari Stop Child Trafficking, Terre des Hommes (Netherlands), dan Oak Fondation, 2009.
  • Combating Child Trafficking. Diterbitkan oleh Unicef, 2008.
  • Anak Jalanan di Indonesia. Diterbitkan oleh YLPS Humana, bekerjasama dengan Save the Children dan USAID, 2005.
  • Nyanyian Merah: Mengenang Sobat Munir. Diterbitkan oleh Perguruan Rakyat Merdeka (PRM) bekerjasama dengan Mina Pustaka, 2005.

Itulah sebagian dari jumlah buku-buku yang kebanyakan berfokus menyorot persoalan anak dengan segala aspek yang melingkupinya. Terutama di Indonesia, kasus-kasus menyangkut anak selalu muncul setiap saat. Kasus-kasus yang terjadi belakangan ini seringkali sangat mencemaskan, sehingga menjadi pantas untuk dicermati dan disikapi secara proporsional. Yayasan SAMIN Yogyakarta tergerak untuk memberdayakan anak Indonesia, agar jangan sampai terjadi pelanggaran atas hak-haknya sesuai UU No.23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. [caption id="attachment_128154" align="alignleft" width="300" caption="Markas Yayasan SAMIN Yogyakarta"][/caption] Berbincang menyangkut buku-buku bertema pemberdayaan anak Indonesia yang diproduk Yayasan SAMIN Yogyakarta dan berbagai jaringannya - nampak Mas Odi yang selalu berpenampilan low profile ini cukup serius menanggapinya. Beliau banyak menjelaskan bahwa buku-buku yang disusun dan diterbitkan tersebut merupakan karya-karya berdasar fakta. Artinya, semua produk (buku)merupakan hasil penggalian fakta di lapangan yang dilakukan oleh tim kemudian disusun dan diolah dalam sebuah buku layak untuk dikonsumsi. Walaupun demikian, Mas Odi yang sempat mengenyam ilmu budaya di “Kampus Biru” Bulaksumur Yogyakarta ini tidak menampik kehadiran karya-karya fiksi. Menurutnya, karya fiksi patut diperhitungkan dalam khasanah kepenulisan. Karya-karya fiksi justru merupakan hasil pemikiran kritis yang mampu menggugah dan memotivasi seseorang untuk menjadi sensitif atau perduli terhadap kejadian-kejadian di tengah kehidupan sosial-masyarakat melalui cara yang lebih berbudaya. Sayangnya kunjungan singkat berdurasi sekitar 30 menit pagi tadi harus segera disudahi. Hal ini mengingat Mas Odi harus segera mempersiapkan dan menjalani tugas-tugas hariannya. Diriku pun harus bergegas memenuhi kewajiban berkarya. Terimakasih Mas Odi atas buku-bukunya, semoga banyak bermanfaat bagi yang memerlukan.* JM (10-8-2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline