Lihat ke Halaman Asli

Joko Martono

TERVERIFIKASI

penulis lepas

Pantai Kwaru, Wisata Alam Eksotis yang Dirintis Warga

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1302513598543714481

Pesisir selatan Kabupaten Bantul, Provinsi DIY ternyata masih memiliki potensi wisata alam menarik. Obyek wisata Pantai Parangtritis, Pantai Samas, hingga Pantai Pandansimo sudah dikenal dan bahkan hampir saban hari pantai-pantai tersebut dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun wisatawan asing. Namun kini, jika anda mengunjungi Kabupaten Bantul – bisa menemui obyek wisata alam yang relatif baru – yaitu wisata Pantai Kwaru, letaknya berada di tengah-tengah antara Pantai Samas dan hampir mendekati Pantai Pandansimo. Wisata alam Pantai Kwaru tergolong unik dan eksotik, belum banyak dikunjungi dan lokasinya tidak terlalu luas jika dibanding obyek wisata pantai lain yang berada di Kabupaten Bantul. Dari on the spot saya ke lokasi, di sepanjang pantai ada pohon-pohon perdu berupa cemara rindang yang memberi kenyamanan berteduh bagi pengunjung – tentunya setelah menikmati pemandangan pantai. Cemara yang tumbuh berjajar di sekitar pantai itu juga dapat berfungsi sebagai penahan abrasi. Pantai dengan pasirnya yang masih nampak lumayan bersih ini mulai dikunjungi wisatawan lokal, terutama di hari libur atau hari Minggu. Rombongan keluarga maupun rombongan anak-anak muda berasal dari komunitas sepeda gembira dan pencinta alam ditemui di Pantai Kwaru. [caption id="attachment_101453" align="alignnone" width="300" caption="gambar: google.co.id"][/caption] Sepintas amatan dan wawancara dengan penduduk sekitar, diperoleh informasi bahwa area wisata ini awal mulanya dirintis warga setempat. Masyarakat tergugah untuk merawat lingkungan, menanam pepohonan seperti cemara dan pohon lainnya guna melindungi pantai dari gempuran ganasnya ombak yang dapat mengikis area bibir pantai hingga daratan tempat hunian mereka. Dan tak heran bilamana selama ini penataan lingkungan terkesan amat sederhana alias apa adanya - jika dilihat dari design dan estetika menunjukkan keaslian hasil garapan “arsitektur lokal.” Sebab itu pula untuk sementara waktu pengunjung yang datang tidak dikenakan tarif masuk, kecuali parkir kendaraan yang berada di area wisata. Dilihat dari prospek yang cukup menjanjikan, sepertinya obyek wisata Pantai Kwaru layak digarap secara optimal. Pengembangan wisata alam berbasis local wisdom perlu mendapat perhatian dari Dinas Pariwisata setempat. Bahkan ketika penulis berkesempatan berbincang-bincang dengan Bupati Bantul, HM Idham Samawi di ruang kerjanya - yang saat itu masih menjabat, beliau sangat menaruh atensi sekaligus mengapresiasi perlunya pengembangan obyek wisata ini. Bahkan beliau mengatakan, “Pantai Kwaru yang terletak di Kecamatan Srandakan diharapkan mampu menjadi obyek wisata alternatif selain Pantai Parangtritis. Pantai ini sudah seharusnya digarap secara optimal sesuai kearifan masyarakat lokal, melibatkan stakeholder lokal sehingga mampu memikat para wisatawan.” Apa yang telah disampaikan Pak Idham tersebut, mestinya dapat dimaknai dan di-implementasi oleh pihak-pihak berkompetan. Masyarakat setempat harus menjadi subjek (bukan objek). Mereka perlu dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sehingga ada sense of belonging (rasa memiliki) sebagai tempat mereka mencari nafkaf. Jangan sampai pembangunan infrastruktur (yg biasanya melibatkan pihak swasta) justeru berpotensi memiskinkan komunitas warga setempat. Penataan wisata Pantai Kwaru juga perlu menjaga keseimbangan ekologis, tanpa harus ikut-ikutan meniru pengembangan obyek wisata pantai lain yang mengandalkan padat modal - namun masyarakatnya hanya menjadi penonton. Seringkali ditemui, dengan alasan konservasi, lantas warga setempat dibatasi bahkan dilarang mengakses kegiatan mencari nafkah di lingkungannya sendiri. Semoga Bupati Bantul yang baru dan segenap jajarannya dapat memahami bagaimana langkah bijak pengembangan wisata alam Pantai Kwaru, tanpa harus melupakan peran masyarakat yang telah merintisnya. JM (21-3-2011).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline