Lihat ke Halaman Asli

Yuni Zulfiyah

Tetap Optimis

Tak Perlu Takut Lagi untuk Jatuh

Diperbarui: 9 Januari 2018   20:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keberhasilan Pertama Bagi Kami (dokumentasi pribadi)

 Banyak orang yang mengatakan bahwa dimasa SMA adalah masa paling indah dimana kita bisa merasakan kebahagiaan dan kesedihan yang mendalam sehingga kita tidak akan mungkin bisa melupakan dan menjadi moment yang akan selalu dikenang. Di SMA adalah kehidupan awal bagiku untuk merasakan akan pentingnya persahabatan, persaingan, kegembiraan, kesedihan dan cinta semua bercampur aduk di kehidupan SMAku.

            Semua berawal dari kenakalan sahabatku, saat setiap murid harus memilih salah satu ekskul favorit yang akan dijalani selama satu tahun. Awalnya aku menulis ekskul kelas bahasa jepang sama seperti tahun kemarin tapi entah kenapa aku harus masuk kelas silat. Sahabatku begitu bahagia dan menertawaiku karena usahanya untuk menjerumuskanku kedalam ekskul silat telah berhasil. Hal yang tergambar dipikiranku hanyalah babak belur, terbanting, terpukul, tulang retak karena itu semua yang dialami sahabatku tahun kemarin

            Aku tetap bersikukuh untuk tidak akan hadir dalam kelas silat karena ketakutanku jauh lebih besar. Tapi apalah daya diriku tidak bisa menghindari permintaan sekolah untuk memaksaku masuk dikelas silat karena ekskul ini akan masuk kedalam penilaian prestasi siswa. Sudah tiga bulan aku absent tidak hadir di ekskul ini, dengan bantuan sahabatku kini aku mulai berani untuk hadir di kelas silat. 

Awalnya sulit sekali menjalani semua latihan mulai dari memukul, menendang, lari, push up, dll tapi benar apa kata sahabatku jangan dirasakan susahnya rasakan saja bahagianya. 

Semua teman-teman,pelatih dan asisten pelatih di perguruan silat ini sangatlah menyenangkan dan saling peduli. Kami semua lebih banyak waktu berlatih bersama dengan asisten pelatih yang sering kita panggil Mas Nur, sedangkan pelatih yang dibayar sekolah hanya mengajari kami disaat hari ekskul saja. Bisa dibilang Mas Nur adalah relawan dan lebih dari sekedar relawan dan menjadi pahlawan besar bagi kami semua. 

Karena selama ini sekolahku dianggap buruk, disetiap perlombaan tapak suci sesidoarjo kami tidak pernah mengalami kejuaraan tapi berkat beliau kami bisa bergabung dengan tapak suci pusat kabupaten. Aku masih ingat ketika kita ikut lomba banyak sekali yang mengejek kita, pihak sekolah tidak mendukung kami karena selalu mendapatkan kekalahan. 

Mas Nur tidak peduli dengan itu semua, beliau keluarkan uang yang dimilikinya untuk membiayai semua yang kita butuhkan termasuk membelikan makanan kelima belas muridnya, dan membuat Mas Nur mengundurkan kelulusannya karena demi menemani kita berlatih daripada untuk menyelesaikan skripsinya.Ini pertama kalinya diriku mengetahui ternyata masih saja ada orang yang relakan tenaga, pikiran dan waktunya tetapi tidak dibayar.

"Selamat pada kalian semua, Mas Nur bangga akan keberhasilan kalian semua Mas Nur jadi yakin akan mengirimkan kalian untuk berlibur keluar kota untuk liburan tahun akhir ini."

" Hore..." Sontak aku bertepuk tangan kegirangan, tapi hanya aku yang senang sendirian justru teman-teman kelihatan sedih.

"Kamu tau maksud berlibur keluar? Itu tandanya kita akan bertanding keluar kota." Kata Fika.

            Kali ini pertandingan akan dilaksanakan di Jogja semua dari berbagai kota seindonesia akan berkumpul dan bertanding dikompetisi ini. Kini bukan sekolahku saja yang berangkat tapi semua teman-teman tapak suci sesidoarjo. Di sini tidak ada perbedaan kaya atau miskin, bahkan temanku yang ayahnya memilki universitas  saja mau tidur ditikar dan makan seadanya bersama kami semua. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline