Lihat ke Halaman Asli

Caleg Bodoh vs Caleg Penjahat

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menyimak Kompas hari ini Sabtu, 26 April 2014 “Wajah DPR Tidak Lebih Baik”, dimana kita kembali diperhadapkan pada realita politik di negeri ini yang tampaknya tidak banyak kemajuan. Pemilu Legislatif yang telah menghabiskan MILYARAN RUPIAH menggunakan uang pajak kita bersama kembali tidak menghasilkan anggota legislatif yang diragukan kemampuan dan kualitasnya.

Gw gak akan membahas terlalu jauh soal bagaimana sistem politik dan pemilu kita sehingga lagi lagi ‘gagal’ memberikan kontribusi yang sehat terhadap perkembangan dunia politik bangsa ini.

Gw coba lihat dari sudut pandang lain.

Secara prinsip ada 2 jenis macam manusia yang bakalan masuk ke Senayan yang menyatakan dirinya sebagai “Perwakilan Rakyat” yang ingin gw bahas disini.

1.Manusia Baik Tapi ‘Bodoh’

Yang gw maksudkan Baik disini yaaa orang baik baik, gak punya catatan kriminal, hidupnya lurus lurus aja, kagak nakal/bandel/licik, gak korupsi, tidak punya reputasi sebagai pembohong dll.

Bodoh yang gw maksud adalah kurangnya tingkat intelegensia, prestasi akademik jauh dari memadai, kurang pengetahuan umum, tidak berpengalaman dalam usaha usaha profesional, tingkat emosional yang labil dll.

Kombinasi kedua hal ini buat gw adalah Kartu Mati.

2.Manusia Penjahat Tapi Pandai

Jahat yang gw maksudkan disini adalah pelaku kriminal, punya kecendrungan melakukan tindakan kriminal dan meresahkan masyarakat, punya reputasi yang licik dan suka berbohong, korupsi dll.

Sementara pandai yang gw maksudkan adalah tingkat intelegensia yang bagus, prestasi akademis bagus, pandai dalam menganalisa masalah dan menemukan solusi dengan kreatif, pengetahuan umum yang memadai, praktisi usaha ataupun profesional dll.

DPR sebagai lembaga yang diharapkan melahirkan Undang Undang, pengawas kerja Pemerintah dan lembaga negara lainnya dituntut punya kemampuan lebih baik. Pegawai Pemerintah secara akademik bisa dikatakan bagus, rata rata lulusan S1 namun tidak kurang S2 dan S3 dari Dalam dan Luar Negeri. Agak sulit membayangkan bila Anggota Dewan (Yang Terhormat) secara akademis ataupun intelengensia berada jauh dibawah pegawai pemerintah, yang ada bakal dibohongin terus atau yang lebih parahnya berpotensi Kongkalikong/Sekongkol untuk tujuan yang negatif.

Sebaliknya kita membutuhkan Anggota Dewan (Yang Terhormat) yang kuat secara pengetahuan dan akademis untuk mengimbangi pemerintah. Lembaga Pemerintah dan Lembagar Negara yang kuat akan memberikan daya tahan yang bagus buat Negara.

Bagaimana dengan perilaku Jahat mereka seperti Korupsi misalnya yang bertahun tahun ini jadi keprihatinan kita.. Buat gw solusinya mudah..

Perkuat Lembaga Hukum seperti Kepolisian, Kejaksaan, Peradilan dan KPK. Pastikan mereka yang duduk di lembaga lembaga ini adalah orang yang bener dan lurus, mempertimbangkan segala seuatu berdasarkan Hukum Positif yang berlaku dinegara kita. Singkatnya Penegakan Hukum jadi kunci.

Bahkan di negara negara modern lainnya seperti US, Eropa dan beberapa Negara Asia seperti Singapura, Jepang dan Korea Selatan dimana sistem kenegaraan dan hukumnya sudah sedemikian kuat, tetap saja kita temukan pelaku pelaku kriminal di Lembaga Negara namun karena Penegakan Hukum begitu kuat sehingga memberikan jaminan buat masyarakat setiap pelaku kriminal baik masyarakan biasa maupun pejabat negara akan mendapat perlakuan yang setara.

Jenis manusia lainnya gw gak uraikan karena keluar dari konteks yang ingin gw tekankan dalam pembahasan ini. Misalnya manusia dengan kombinasi Baik tapi Pintar atau Jahat tapi Bodoh.

Karena rata rata Baik tapi Pintar gw hampir yakin gak bakalan tertarik bergabung dengan Anggota Dewan (Yang Terhormat) itu. Atau Jahat tapi Bodoh.. bisa dibilang Kartu Mati Kuadrat Pangkat 2!!

Jadi.. secara pribadi bila gw dikasih pilihan untuk ikut memilih perwakilan yang bakal duduk di kursi dewan terhormat itu gw akan pilih CALEG BODOH.

Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline