Lihat ke Halaman Asli

Supriyanti

Penulis Lepas

An, Tanah Selalu Tabah Perihal Melepaskan

Diperbarui: 29 September 2022   13:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com/Engin Akyurt

-kepada An yang terus kucintai 

An, bagaimana kabarmu? Sudah makan? Sudah bisa minum susu dan makan nanas?

An, masih ingatkah? Di suatu waktu, entah berapa tahun lalu, aku tak mau menghitungnya lagi, An. Sewaktu kita belajar geografi---tentang jenis batuan: batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf---dan pelajaran menanam di mata pelajaran pertanian.

Di lain waktu kita juga pergi mengaji mendengar bu guru menerangkan jika manusia itu dicipta dari tanah.

Kemudian di masa-masa aku menjalani tapa, maksudku mencintaimu dalam diam sekian belas tahun, tiba-tiba tanpa disangka aku merupa filsuf. Pura-pura bijak dan mengerti seluruh dunia serta hati seseorang. Tapi sebenarnya aku tak pernah tahu. Hati sendiri sekali pun.

Perihal tanah. Mengenai aku dan kamu. Sungguh aku tidak pernah tahu yang sebenarnya.

Aku pernah menanam pohon mawar, An. Pertama-tama ia tumbuh, mungkin karena tidak berjodoh akhirnya mati. Tanah terus tabah menerima dan melepaskan bunga itu, sebab di lain waktu di sana kutanam pohon cabai dan tumbuh subur hingga sekarang.

An, dalam keyakinan kita, manusia adalah tanah, tapi kenapa aku tak bisa melepasmu? Dan kenapa aku masih saja cemburu ketika kamu dengan kekasihmu? Kenapa, An?

Semarang, 04 Agustus 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline