di depan cermin bingkainya warna pink
sewaktu ujung jari
menekan
pelan-pelan
jerawat
yang terawat
oleh kisah:
percintaan
yang pernah
ditulis
lewat bait-bait puisi
bersahabat sepi
ini mungkin
perasaan cinta
yang kata orang-orang
belum tentu memiliki
dan hatiku ingin mendebatnya
serupa bocah delapan tahun
yang membeli gulali
di pedang keliling
yang magrok di samping rumahnya:
masa sudah bayar
pulang dengan hampa!
di depan cermin
kipas angin menyala
mengempas-empas
anak-anak rambut,
orang-orang menamai poni,
kelewat panjang
hendak memeluk mata
mematuk kesedihan
yang dibawa cinta
si lelaki pujaan
yang kemarin pulang
ke rumah lamanya
Semarang, 28 Agustus 2022