Seminar motivasi itu mungkin diikuti lebih dari 1000 orang. Berlangsung seharian. Isinya macam-macam. Adapembicara pembuka yang berapi-api menceritakan kisah sukses pembicara utama. Ada pembicara utama yang berapi-api memotivasi para peserta, bercerita berbagai kisah sukses orang-orang kaya, lalu sesekali mengajak loncat-loncat, tepuk-tepuk tangan atau pundak teman sebelah, teriak-teriak. Ada berbagai testimoni dari orang yang semula tak punya uang lalu berubah kaya lantaran mengikuti saran2 dari si pembicara utama pada seminar dan pelatihan sebelumnya. Ada bermacam game. Ada juga promosi-promosi untuk seminar dan pelatihan berikutnya.
Dan aku, akupun berada di tengah-tengah kerumunan orang-orang itu, tapi dengan kepala dan hati yang batu. Ketika mereka teriak-teriak, aku bergumam, "apa-apaan...?". Ketika mereka loncat-loncat, akupun loncat-loncat. Bedanya, mereka terlihat semangat, aku malah geli, "ini kok kayak ayan yang lagi kumat?". Ketika mereka mendengar kisah haru si motivator dengan wajah empati yang sendu, hatiku malah beku.
Ketika mereka sibuk berlatih menuliskan impian-impian berskala milyar rupiah bahkan trilyun, aku malah memaki dalam hati : bullshit. Kumaki juga diriku yang sudah dengan tolol mau mengikuti seminar yang mirip upacara dari suatu sekte itu.
Apa yang terjadi denganku? Kenapa motivasi-motivasi itu tak bisa menggerakkan hatiku? Sudah begitu bebalkah aku? Kenapa aku tidak bisa seperti orang-orang itu yang tampak bersemangat dan sepertinya menyimpan tekad yang kuat untuk melakukan langkah-langkah hebat?
Nggak tahulah. Yang jelas, jauh setelah seminar itu berlalu aku melihat diriku : tak juga kaya-kaya. Mungkin memang pantaslah begitu. Mungkin itulah kutukan bagi hati yang beku. Tapi, apa kabarnya mereka yang loncat-loncat dengan penuh semangat itu? Sudah kaya semuakah mereka?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H